Mantan Mentan Ingatkan Bahaya Konsep Pertanian Prabowo-Hatta
Teknologi GMO Bahayakan Petani dan Lingkunganjpnn.com - JAKARTA - Menteri pertanian era Presiden Abdurrahman Wahid, M Prakosa mengingatkan tentang bahaya konsep pertanian transgenik atau genetically modified organism (GMO) yang diusung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Prakosa menilai pertanian transgenik bukan hanya bakal merugikan petani, tetapi juga membahayakan lingkungan.
Pernyataan Prakosa itu untuk mengkritisi konsep pertanian transgenik yang disampaikan Hatta Rajasa dalam debat antar-calon wakil presiden di Jakarta, Minggu (29/6) lalu. Prakosa mengatakan, jika GMO diterapkan pada rencana pembukaan 77 juta lahan hutan menjadi lahan produktif, maka itu akan berbahaya bagi petani. “Petani hanya menjadi bagian kecil dari industrialisasi besar-besaran yang dilakukan Prabowo-Hatta," katanya di Jakarta, Rabu (3/7).
Untuk diketahui, GMO di bidang pertanian merupakan teknologi memasukkan gen makhluk asing ke suatu tanaman. Salah satu contohnya adalah benih jagung atau kedelai yang disisipi bakteri Bacillus thuringiensis (Bt) sehingga tanamannya tahan dari serangan hama. Sebab, seluruh sel tanaman bisa mengeluarkan racun yang bisa mematikan serangga hama tanaman.
Karenanya Prakosa yang pernah menjadi menteri kehutanan itu mengaku pesimistis dengan janji Prabowo-Hatta untuk mensejahterakan petani. Sebab, pertanian berbasis GMO masih penuh kontroversi karena dampak negatif ke ekosistem dan petani hanya akan menjadi subsistem dari kartel industri pangan dunia.
"Sangatlah berbahaya mengembangkan bibit pertanian yang dimodifikasi secara genetik sebagaimana gagasan Hatta," kata Prakosa yang juga anggota Komisi Pertanian dan Kehutanan DPR itu.
Politisi PDI Perjuangan itupun menyebut Prabowo-Hatta sebenarnya tidak memahami persoalan pertanian. Buktinya, kiprah Prabowo selama memimpin Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) juga minim prestasi.
“Alih-alih menyisakan kisah sukses petani, malah dilanda perpecahan organisasi. Para petani juga makin terpuruk dalam serbuan produk impor," pungkas guru besar di Institut Pertanian Bogor itu.(ara/jpnn)