Mata Hari...Intelijen Kawakan Perang Dunia I itu Putri Jawa?
"Candi merupakan tempat menari. Bebas. Simbol kesetiaan. Seperti di sini hari ini. Sebab, akulah kuil itu, candi itu. Semua tarian candi merupakan nilai spiritual sejati," demikian Mata Hari memperkenalkan diri dan jenis tariannya.
Orang-orang percaya. Namanya langsung melejit. Penampilannya sangat diminati. Sebab menawaran sisi orientalis yang berbeda dengan tarian lainnya.
"Bukan hanya Paris. Ia juga menaklukkan Madrid, Wina, Monte Carlo hingga Berlin," tulis Ali Zaenal dan Nailal Fahmi dalam buku Mata-Mata.
Tercatat pada paragraph lain buku itu, sepanjang 1905 "setidaknya (Mata Hari) menampilkan tarian erotisnya di panggung sebanyak 35 kali."
Saat itu usianya 29 tahun. Meski mengaku putri dari Jawa, sebenarnya ia lahir di Friesland, Belanda, 7 Agustus 1876 dengan nama Margaretha Geertruida Zelle. Dalam keluarga, disapa Grietje.
Usia 18 tahun Grietje merantau ke Jawa, setelah dinikahi Kapten Rudolf Macleod, seorang bangsawan militer terhormat pada 11 Juli 1895 di Amsterdam.
Di Jawa--Malang dan Ambarawa--ia belajar bahasa dan budaya setempat. Bergabung pula dalam kelompok tari. Dan pada 1897 mengembangkan tarian artistik yang diberinya nama Mata Hari--nama yang kemudian melekat pada dirinya.
Menjelang pergantian abad, Mata Hari sempat bermukim di Medan, Sumatera, dan lalu pindah ke Paris pada 1903 setelah diceraikan suaminya.