Meliuk-liuk di Sumba
Di Amerika tidak ada lagi jenis tikungan seperti ini. Di Yellow Stone pun. Di Rocky Mountain sekali pun. Sumba memang istimewa.
Saya memang pengagum alam Sumba. Terutama di bulan Juni seperti ini. Atau di bulan Juli. Terakhir Agustus. Sejuk dan nyaman. Damai dan ngeri. Indah dalam kegersangan.
Tidak ayal bila raja penyair Indonesia yang juga presiden Malioboro, yang gurunya para penyair, gurunya Emha, gurunya Linus, Si Umbu Landu Paranggi begitu emosional dengan tempat kelahirannya. Dan lahirlah sajak-sajak tentang Sumba yang legendaris. Yang dibaca siapa saja.
Sekaliber ‘ayatullah sastra Indonesia’ Taufik Ismail langsung teringat Sumba. Saat berada di Uzbekistan nan jauh. Dan lahirlah sajaknya: “Berikan Daku Sumba”.
BERIKAN DAKU SUMBA
Oleh: Taufik Ismail
Di Uzbekistan, ada padang terbuka dan berdebu.
Aneh, aku jadi ingat pada Umbu
Rinduku pada Sumba adalah rindu padang-padang terbuka
Di mana matahari membusur api di atas sana.
Rinduku pada Sumba adalah rindu peternak perjaka
Bilamana peluh dan tenaga tanpa dihitung harga .