Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Melongok 'Desa TKI' Payaman, Solokuro, Lamongan

Masjid sampai Sekolah Dibangun dari Ringgit

Minggu, 20 April 2014 – 07:26 WIB
Melongok 'Desa TKI' Payaman, Solokuro, Lamongan - JPNN.COM

jpnn.com - DESA Payaman, Kecamatan Solokuro, dikenal sebagai ''Desa TKI''. Pada 2013, tercatat ada 1.667 di antara total penduduk 10.235 jiwa yang menjadi TKI di Malaysia.

---------

MUHAMMAD SU'AEB, Lamongan 

---------

Jika berkunjung ke Desa Payaman, Kecamatan Solokuro, jangan kaget jika jarang menemui kaum pria di rumah warga desa setempat sebagai kepala rumah tangga. Sebab, lelaki di desa tersebut rata-rata menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) di Malaysia. Maklum, sejak 1990, banyak warga desa setempat yang merantau ke Malaysia untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Bahkan, tidak sedikit warga desa setempat yang sudah menjadi TKI puluhan tahun hingga mengantongi KTP warga Malaysia.

''Saya kerja di Malaysia sejak 1990,'' tutur Ali Muttaqin, salah seorang TKI Malaysia asal Desa Payaman, RT 3/RW 9, Solokuro, sambil duduk di teras rumahnya.

Ali menceritakan, dirinya baru pulang dari Malaysia. Namun, dia tidak lama lagi kembali bekerja di Malaysia. Sejak 1990, dia memilih bekerja di Malaysia. Sebab, dia menyatakan susah mendapat pekerjaan saat tinggal di kampung halamannya. Karena itu, dia rela meninggalkan anak dan istrinya untuk bekerja di Malaysia.

Menurut Ali, lokasi tempatnya bekerja selalu berpindah-pindah di Malaysia. Sebab, izin yang dikantongi bekerja di bangunan atau dikenal dengan kontruksi di Malaysia. ''Setiap enam bulan sekali atau setahun sekali baru pulang,'' ujarnya. Saat di Malaysia, bapak satu anak itu menuturkan juga memiliki tempat tinggal semipermanen di wilayah Kampungbaru, Kuala Luampur, Malaysia.

Bahkan, dia mengungkapkan telah ber-KTP Malaysia. Jadi, Ali harus segera memperbarui masa aktif kartu KTP tersebut jika masa aktifnya habis. ''Alhamdulillah bisa bangun rumah dan menyekolahkan anak sampai lulus kuliah. Semua hasil dari kerja di Malaysia,'' papar Ali.

Selain itu, dia mengaku sangat menikmati berkerja di Malaysia. Sebab, gajinya lebih banyak jika dibandingkan dengan bekerja di Indonesia. Nilai Ringgit, mata uang Malaysia, jika dibandingkan dengan nilai mata uang Indosenia jauh lebih besar. ''Sekarang satu ringgit sama dengan Rp 3 ribu,'' ungkapnya. 

Selain Ali, masih banyak lagi tetangganya yang bekerja di Malaysia dan mayoritas bekerja di bangunan. Surya Dewi, salah seorang ibu rumah tangga di RT 03/RW 07, Desa Solokuro, menyatakan bahwa suaminya juga menjadi TKI di Malaysia. Meski ditinggal kerja ke luar negeri, dia yang setiap hari tinggal di rumah bersama dengan dua anaknya mengaku tetap bahagia. ''Yang penting kiriman uangnya lancar,'' tuturnya.

Istri Arif Rahman itu menuturkan, suaminya sejak sekitar sepuluh tahun lalu bekerja di Malaysia dengan menjadi TKI. Setiap bulan dia menerima kiriman uang dari suaminya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. ''Kadang setahun sekali baru pulang. Jadi, setiap bulan pergi ke bank untuk me­lihat kiriman uang,'' ucapnya.

Berdasar data di Desa Solokuro, setiap tahun penduduk desa se­tempat yang bekerja menjadi TKI tidak pasti. Untuk data terakhir pada 2013, sebanyak 1667 di antara total penduduk 10,235 memilih menjadi TKI di Malaysia. ''Jika dirata-rata, hampir setiap rumah ada yang menjadi TKI,'' kata Kepala Desa Payaman Chalimin.

Lantaran minat warga desa setempat yang menjadi TKI cukup tinggi, pemerintah desa tidak mau ada warganya yang bermasalah saat di Malaysia. Ka­rena itu, ada aturan desa yang baru. Yakni, usia di atas 50 tahun tidak diberi izin oleh pemerintah desa setmpat untuk menjadi TKI. ''Orang sini (Payaman) uangnya ringgit semua,'' ucapnya sambil berkelakar.

Para TKI itu ternyata berperan cukup besar untuk kegiatan sosial. Sebab, dengan adanya mereka, perekonomian di desa setempat cukup maju. Bahkan, jika ada kegiatan desa, baik kegiatan kepemudaan maupun keagamaan, tidak sulit mencari dana. Sebab, mereka memiliki uang kas dari kelompok TKI yang digunakan untuk membantu kegiatan desa. ''Bangun masjid dan bangun sekolahan sebagian besar bantuan dari warga sini yang jadi TKI,'' ungkap Chalimin.(mas/JPNN/c15/bh)

DESA Payaman, Kecamatan Solokuro, dikenal sebagai ''Desa TKI''. Pada 2013, tercatat ada 1.667 di antara total penduduk 10.235 jiwa

Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close