Memaksimalkan Ibadah Ramadan di Malam Hari
jpnn.com - "Andai manusia mengetahui misteri di balik Ramadhan niscaya mereka berharap Ramadhan terjadi sepanjang tahun." Inilah salah satu hadits Rasulullah SAW tentang keutamaan Ramadhan yang diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabrani. Hadits ini melengkapi hadits-hadis lain yang telah mengungkapkan jutaan manfaat luar biasa yang terkandung dalam Ramadhan. Meski setiap saat di dalamnya penuh keberkahan, tapi ada waktu yang sangat dimaksimalkan oleh Rasulullah SAW dan Sahabatnya untuk meraih pahala sebanyak mungkin. Yaitu saat malam hari. Waktu malam di bulan Ramadhan adalah saat-saat sangat dilewatkan begitu saja. Di tengah malam Allah SWT akan turun dan menyaksikan langsung hamba-hamba-Nya yang bermunajat dan beribadah kepada-Nya. Sungguh sangat istimewa jika saat Allah SWT turun ke bumi, Dia melihat kita tengah beribadah; mendirikan sholat malam, memperpanjang dzikir, membaca Alquran, dan berdoa. Di saat-saat seperti itulah peluang doa seorang mukmin langsung diijabah oleh-Nya.
Rasulullah SAW bersabda, barang siapa yang mendirikan malam Ramadhan karena iman dan mengharap ridha Allah SWT maka akan diampuni dosanya yang telah lalu. Waktu malam memang sangat special. Apalagi malam di dalam bulan Ramadhan. Di titik waktu inilah suasana batin kita bisa menjadi lebih tenang dan damai karena tidak terganggu oleh hiruk pikuk duniawi. Dengan begitu seorang hamba bisa bebas mengadu dan curhat kepada Allah SWT atas apa yang kita alami di siang hari. Karena suasana batin kita juga tenang, maka biasanya kita mudah mengingat kesalahan yang telah kita lakukan. Kesalahan kepada sahabat, rekan sekantor, atasan, keluarga, dan yang lebih penting kelalaian kita dalam menjalankan setiap perintah Allah SWT. Makanya, Rasulullah SAW dan para sahabatnya selalu memperpanjang malam mereka untuk dengan digunakan untuk bermuhasabah (introspeksi diri) atas dosa yang diperbuat. Karena Allah SWT sangat dekat di waktu ini, maka potensi doa dikabulkan dan dosa diampuni sangat besar dibanding waktu-waktu yang lain. Pertanyaannya, sudahkah kita memaksimalkan waktu di sepertiga malam kita? Kalau jawabannya belum, mumpung ini masih di awal-awal Ramadhan, mari kita mantapkan semangat kita di sisa Ramadhan ke depan untuk menghidupkan malam di dalam bulan istimewa ini.
Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda. "Ketahuilah bahwa seorang mukmin melakukan dua jihad di bulan Ramadhan. Jihad pertama adalah jihad pada diri sendiri di siang hari dengan berpuasa. Sedangkan jihad kedua adalah jihad di malam hari dengan shalat malam. Siapa yang melakukan dua jihad dan menunaikan hak-hak berkaitan dengan keduanya, lalu terus bersabar melakukannya, maka ia akan diberi ganjaran di sisi Allah dengan pahala tanpa batas (tak terhingga)," HR Imam Ibnu Rajab Al Hambali. Rasanya kita akan sangat merugi jika kita berhasil menjalankan puasa di siang hari, tapi di malam harinya kita tidak manfaatkan untuk kegiatan ibadah. Sebagai seorang mukmin idealnya kedua jihad itu harus dimenangkan. Dengan demikian, hasil didikan Ramadhan benar-benar maksimal mengantar kita menjadi pemenang dalam bulan ini. Pemenang yang dihadiahi piala taqwa sebagai tujuan dari Ramadhan. Dalam kompetisi apapun, tidak ada kemenangan yang diraih dengan mudah dan berdiam diri. Perlu kerja keras, perjuangan, dan dedikasi tingkat tinggi. Inilah yang dinamakan juara sejati. Jika di kompetisi yang berbau duniawi saja kita bersemangat, bagaimana dengan kompetisi yang hadiahnya adalah tempat terindah di hari kebangkitan kelak. Kalau kita sadar akan hal ini, sudah pasti kita akan mati-matian mengejarnya. Termasuk dengan tidak berhenti menghidupkan malam di malam-malam Ramadhan.
Tak hanya itu, keberkahan malam Ramadhan juga terus berlanjut pada saat kita makan sahur. Rasulullah SAW bersabda, sahur adalah makanan berkah, maka jangan kalian tinggalkan walaupun salah seorang dari kalian hanya meneguk seteguk air, karena Allah SWT dan para malaikat bersalawat atas orang-orang yang bersahur," HR Imam Ibnu Abu Syaibah dan Imam Ahmad. Sahur memang tidak sesederhana persepsi di sebagian kita. Ada beberapa orang yang beranggapan bahwa sahur tidak lebih dari makan malam jilid dua agar kita tidak merasa lapar esok harinya. Bahkan, di sebagian kita juga masih ada yang makan sahur pada pukul 22.00 - 00.00 agar saaat sepertiga malam nanti tidak perlu bangun. Alasannya, di sepertiga malam kondisi kita kadang dikalahkan rasa kantuk yang luar biasa sehingga beranggapan sahur dapat mengganggu waktu istirahat.
Bagi yang mengerti tentang manfaat yang didapat saat menyantap makanan saat sahur, sudah pasti akan berupaya maksimal agar makan sahur di sepertiga malam. Mengalahkan rasa kantuk untuk menunaikan ibadah adalah sisi lain dari upaya kita meraih pahala di dalam Ramadhan ini. Sepeti yang dikemukakan di atas, sesuatu yang dihasilkan lewat kerja keras dengan kerja biasa-biasa saja hasilnya akan jelas berbeda. Allah SWT tentu akan melihat sesuatu yang diperoleh dari kerja keras hamba-Nya. Jika ekspektasi kita biasa-biasa saja menyambut sahur sebagai bagian dari ibadah Ramadhan, maka nilai pahala yang didapat juga akan biasa-biasa saja. Tapi, bagi seorang mukmin tidak akan pernah puas dengan yang biasa, karena di benaknya ada obsesi untuk mengengam yang luar biasa.
Allah SWT tentu menyediakan surga untuk para pejuang, petarung, dan pemberani. Kita bisa berkaca kepada para Sahabat Rasulullah yang merupakan generasi terbaik dari ummat Islam. Mereka dalam meraih surga dan ampunan Allah SWT tidak pernah setengah-setengah. Kerja keras dengan jiwa petarung yang sangat luar biasa. Bahkan, tidak sedikit dari mereka berguguran dan syahid untuk meraih pahala dan pengakuan dari Tuhannya bahwa mereka sungguh-sungguh dalam meraih ridho Allah SWT. Memang kadar ibadah kita tidak harus sama dengan mereka, karena mereka merasakan langsung didikan Rasulullah SAW. Tapi, mendekati dan menyamai semangat mereka dalam beribah layak untuk ditiru. Terutama memanfaatkan malam di bulan Ramadhan ini untuk meraih pahala sebanyak mungkin. (adv/*)
Oleh : DR. Adhyaksa Dault
(Ketua Kwartir Nasional Pramuka)