Mendorong Lahirnya Generasi “Start Upâ€
Hiro juga menemukan aplikasi baru dalam handphone saya dia bisa gunakan untuk mengatur Channel TV. Apakah ini memang sebuah fenomena umum anak-anak yang sejak lahir kenal dengan YouTube atau mungkin sistem sekolah Hiro di Melbourne yang mendorongnya berfikir dan bertindak kreatif?
Menurut prediksi ahli kependudukan, Hiro dan jutaan anak-anak seusianya itu akan menjadi bagian dari ‘bonus demografi’ yang diperkiran akan terjadi pada tahun 2025-2035.
‘Bonus demografi’ itu adalah di mana jumlah usia produktif masyarakat Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah orang tua dan anak-anak. Lalu, apa dampaknya bagi kita sebagai bangsa jika menghadapi hal tersebut?
Kabar gembirnya adalah negara akan diuntungkan dengan munculnya anak muda usia produktif ini karena negara mendapatkan energi baru lebih banyak dan tidak perlu mensubsidi kelompok ini karena diasumsikan mereka akan menjadi generasi yang mumpuni.
Namun kabar buruknya, di saat yang sama fenomena ini akan justru menjadi beban jika negara tidak dapat membuka lapangan pekerjaan dan kesempatan bagi para anak muda.
Nah, di sinilah tehnologi informasi jika dimanfaatkan dengan cerdas melalui sebuah kepemimpinan yang visioner melalui mendorong lahirnya “start up” di bidang teknologi informasi bisa menjadi salah satu solusi untuk menghadapi semakin kompleksnya isu sosial yang kita hadapi dan juga ‘bonus demography’ yang jika tidak dikelola dengan baik akan justru menjadi boomerang bagi kita sendiri.
Oleh karena itu, jika kita para orang tua, tenaga pendidik, tokoh agama dan masyarakat dan media justru menggunakan tehnologi informasi untuk ‘nyampah’ di berbagai macam platform media sosialnya untuk mengurusi isu remeh temeh, bukan tidak mungkin Hiro dan jutaan anak Indonesia lainya akan menjadi beban negara dan menciptakan kesenjangan sosial yang makin mengangga.
*Tulisan ini adalah pendapat pribadi. Noor Huda Ismail adalah mahasiswa PhD di Monash Universtiy dan juga menjadi Produser dan Sutradara film ‘Jihad Selfie’. Noor Huda juga pernah menerbitkan buku berjudul Temanku Seorang Teroris, pengalamannya sekolah di sebuah pesantren di Jawa Tengah bersama dengan salah seorang pelaku bom bunuh diri di Bali. Ia dapat dihubungi di noorhuda2911@gmail.com.