Menebus Dosa Masa Lalu, Kini Omzet Bisa Rp 800 Juta per Bulan
Di Bangsring Underwater yang diprakarsainya pada 2014 dengan modal pribadi Rp 1,5 juta, Ikhwan dan kelompoknya membangun rumah apung yang dilengkapi sarana permainan untuk anak.
Ada klinik ikan hiu, banana boat, kano, dan snorkeling. Juga disediakan 50 kapal bermesin diesel untuk membawa pengunjung ke Pulau Tabuhan dan Menjangan.
Dengan daya tarik seperti itu, pada puncak liburan seperti Lebaran lalu, dalam sehari jumlah pengunjung bisa mencapai seribu orang.
”Banyak turis asing yang memilih bersantai dan berjemur di Pulau Tabuhan yang tidak berpenghuni,” ungkap Hasan Makruf, 22, karyawan Bangsring Underwater, kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi.
Semua itu tentu tak terbayangkan oleh Ikhwan ketika, pada awal 2000-an, diminta sang ayah mencari solusi selain potasium untuk menangkap ikan. Sebuah permintaan yang tak gampang dipenuhi.
Pada era ketika Banyuwangi dipimpin Bupati Samsul Hadi, pernah ditawarkan solusi memakai saponin cair. Memang tidak begitu merusak lingkungan. Hanya, hasil tangkapan nelayan kurang maksimal.
”Pakai saponin, ikan malah mati,” kenang ayah tiga anak itu.
Sampai akhirnya, dia bertemu dua LSM yang menawarkan pola tangkap ikan hias ramah lingkungan tadi. Ikhwan kemudian membentuk KNSB.