Mengapa AHWA Dicurigai? Ini Sebabnya
jpnn.com - JAKARTA - Wakil Sekjen PBNU Adnan Anwar menyatakan, sistem pemilhan rais aam syuriah melalui ahul halli wal aqdi (AHWA) bisa memperkuat kembali supremasi posisi tertinggi di organisasi Islam terbesar di tanah air itu. Namun, sistem AHWA diterapkan atau tidak dalam pemilihan rais aam syuriah akan tergantung para peserta Muktamar NU ke-33 di Jombang.
"AHWA itu tradisi yang lama berkembang di NU. Ini perlu diterapkan kembali untuk memperkuat syuriyah, dalam hal ini Rais Aam,” ujar Adnan melalui rilisnya, Sabtu (1/8).
Selain itu, katanya, AHWA juga dimaksudkan agar tidak terjadi persaingan dalam pemilihan rais aam. “Agar tidak ada rasuah (suap, red) dan tidak ada konflik," sambungnya.
Karenanya Adnan menyatakan, penerapan AHWA perlu diputuskan oleh muktamirin. “Karena muktamar adalah forum tertinggi," ujarnya.
Adnan menambahkan, perlunya penerapan kembali sistem AHWA sudah disepakati dalam rapat pleno PBNU di Wonosobo tahun 2013. Kala itu sejumlah pengurus sempat menolak meski akhirnya setuju agar sistem lama itu diterapkan kembali.
Hanya saja Adnan mengakui, PBNU kurang melakukan sosialisasi sistem AHWA ke daerah-daerah. Padahal, sistem AHWA setelah diputuskan untuk diterapkan harusnya dilanjutkan dengan sosialisasi yang massif.
Namun karena kurangnya sosialisasi, kata Adnan, hingga kini masih terjadi berbagai perbedaan pendapat. Bahkan, banyak pengurus wilahan dan cabang yang justru curiga pada konsep AHWA. "Hingga hari pelaksanaan muktamar masih banyak PWNU dan PCNU yang tidak menerima AHWA untuk diterapkan," ungkapnya.(fas/jpnn)