Menkumham Berhasil Membuat Golkar Hancur Lebur, PPP Tercabik-cabik
jpnn.com - JAKARTA – Ketua Pendiri Indonesian Audit Watch (IAW), Junisab Akbar menilai Partai Golkar dan PPP menjadi pasien terlama di Kemenkumham setelah kementerian tersebut di bawah kendali Yasonna Hamonangan Laoly. Bahkan, politikus PDIP ini menjadi dokter terlaris dalam kaitan merawat sengketa partai-partai pasca reformasi.
“Sampai-sampai, Golkar sebagai partai besar dalam sejarah pasca Presiden Soekarno bisa hancur lebur. PPP yang biasanya setuju-seirama dalam satu kepemimpinan, sekarang bisa tercabik-cabik,” kata Junisab Akbar, Minggu (10/1).
Masalahnya, ujar Junisab, apakah dua Parpol itu benar-benar bertikai untuk saling membunuh atau pertikaian terjadi karena perbedaan di internal partai. “Atau malah pertikaian itu akibat dari kesengajaan pemerintah memelihara konfilk partai?,” tanya Junisab.
Dengan menggunakan model analisa kinerja aparatur sipil negara (ASN), Junisab menilai kinerja Menkumham itu mendekati sempurna. “Dia maksimal 'menegakkan' fungsinya sebagai pelaksana tata kelola hukum dan HAM dari unsur eksekutif di Indonesia. Sayang, itu dilakukan sarat dengan muatan politik sehingga terkadang kebijakan Kemenkumham seperti berseberangan dengan yang diungkapkan Presiden Jokowi,” ungkapnya.
Yasonna, kata dia, terlihat lihai mengelola permasalahan Parpol di Indonesia. Itu tidak lepas dari latar belakangnya yang berasal dari parpol. “Korbannya, Ya sampai bisa menyentuh partai senior Golkar dan PPP. Sekarang keduanya menjadi 'kerdil' dalam perpolitikan di Indonesia,” tegasnya.
Junisab mennduga kinerja Yasonna itu baik dalam menjaga 'keberlangsungan' PDIP. Di sisi lain memperlemah suara legislatif terhadap eksekutif yang terlihat garang selama ini.
“Sepertinya, itu sah-sah saja bagi seorang Yasonna. Tetapi, apa keuntungannya bagi Presiden Jokowi bahkan bagi negara? Itu sebenarnya yang utama,” katanya.
Yasonna, menurut Junisab, terkesan menjadi wayang. “Namun, siapa dalang di belakang Yasona? Presiden Jokowi atau PDIP?," ujarnya.