Menteri Punya Dua Majikan, Kabinet Jokowi Rawan Digembosi
jpnn.com, JAKARTA - Wacana tentang perombakan kabinet atau reshuffle kembali bergulir. Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah melontarkan sinyal tentang memacu kinerja kabinetnya dengan mencopot atau menggeser meteri.
Dalam analisis pengamat politik Emrus Sihombing, reshuffle tentu tidak semata-mata didasarkan pada kinerja menteri. Menurutnya, pasti ada pertimbangan lain.
Emrus mengatakan, Presiden Jokowi tentu butuh menteri yang loyal kepadanya ketimbang partai politik. “Sebab, sangat-sangat merugikan pemerintahan bila seorang menteri memiliki dua majikan,” ujar Emrus, Selasa (25/4).
Selain itu Emrus juga melihat kemungkinan reshuffle didasarkan pada kemungkinan adanya menteri yang ikut pilkada serentak 2018 ataupun Pemilu Presiden (Pilpres) 2019. Menurutnya, jabatan menteri memang rawan dimanfaatkan untuk kepentingan politik pemilu.
Emrus bahkan mengatakan, ada potensi penggembosan di kabinet jika tidak dilakukan reshuffle. Yakni menteri yang berpeluang mengundurkan diri menjelang Pilpres 2019.
Kemungkinan itu ada terutama menteri-menteri yang bukan dari partai politik pengusung Jokowi di Pilpres 2014 silam. “Menteri yang mengundurkan diri tersebut sangat mengganggu kinerja pemerintahan pada sisa masa kerja, dan sekaligus berpeluang dimaknai sebagai upaya penggembosan,” ulasnya.
Sedangkan untuk soal kinerja, hal yang patut dipertimbangkan dalam reshuffle adalah kemampuan menteri mengelola dan mengendalikan isu-isu miring yang kontraproduktif di ruang publik. Fakta menunjukkan, sampai saat ini masih banyaknya wacana di media sosial yang mempertajam perbedaan dari segi SARA.
Pertimbangan lain yang juga perlu diperhatikan dalam reshuffle adalah konsolidasi politik. “Saya berpendapat sebaiknya presiden melakukan konsolidasi dengan partai yang mengusungnya pada Pilpres 2014 dalam melakukan reshuffle,” kata dosen di Universitas Pelita Harapan itu.(boy/jpnn)