Menu Paling Mewah Ikan Sarden
Ditulis Oleh Wartawan Kaltim Pos Thomas D PriyandokoSenin, 14 September 2009 – 07:37 WIB
Babakan Ranca terletak 30 kilometer dari kota Pengalengan. Kampung ini, diapit dua gunung yang berbeda. Di sisi barat ada gunung Wayang Windu, dan gunung Seratus Tiga Belas di sisi timurnya. Tidak jauh dari Babakan Ranca, ada situ Cisanti. Sebagian warga di sini, hidup dari buruh tani. Namun, tidak sedikit pula yang masih menjadi pengangguran. Begitu pun Rian. Kesehariannya, ia bekerja serabutan. Kadang sebagai buruh, terkadang ia jadi pedagang. "Ya, kalau musim panen jadi buruh di sawah, kalau paceklik dagang," ujarnya.
Gempa bumi yang berlangsung hanya beberapa detik itu telah mengubah keseharian desa Babakan. Hampir memasuki pekan ke dua, mereka berada di pengungsian, di bawah tenda-tenda darurat. Satu tenda besar bisa menjadi tempat tidur bagi sekitar 40 hingga 50 orang. Ketika malam menjemput senja, selepas berbuka puasa, suasana bersangsur sunyi. Tidak ada aktivitas lain, kecuali bercengkarama antara sesama. Sebagian lagi, memilih berbaring sembari menidurkan anak atau cucunya. Sampai akhirnya terlelap, hingga waktu sahur membangunkan mereka.
Selama Ramadhan, pembagian makanan hanya dua kali. Yakni ketika sahur dan berbuka. Hingga memasuki hari ke sepuluh di pengungsian ini, menu sahur maupun buka puasa belum pernah berubah. Setiap orang mendapatkan jatah satu bungkus makanan, yang berisi sekepal nasi, dengan lauk sambal goreng tempe dan satu telur rebus. "ya, itu menu standar bencana alam," kata Bambang, salah seorang petugas dapur umum di desa itu. Itu pun kalau stok makanan ada. Lalu bagaimana kalau tidak ada? "Ya bagaimana, namanya tidak ada kita akan berusaha," ujarnya menambahkan.