Mereka Sudah Terbiasa Membenci Polisi
Tak satu pun santri menjawab. Haris pun menjelaskan bahwa Sepatu Dahlan adalah judul novel yang terinspirasi kisah nyata mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan.
Dahlan kecil lahir dari keluarga tak mampu. Tapi, lanjut dia kepada para santri, karena tekun, ulet, dan bekerja keras, Dahlan akhirnya menjadi orang sukses. Menjadikan Jawa Pos koran terbesar di Indonesia, pernah menjadi direktur utama PLN dan kemudian menteri BUMN.
’’Dan yang perlu kalian ketahui, Pak Dahlan adalah alumni pesantren. Jadi, asal mau kerja keras, kalian juga bisa menjadi orang sukses seperti beliau,’’ ungkapnya.
Haris bersama Kartini adalah dua di antara enam pengajar di Al Hidayah. Mereka semua sukarelawan. Tak ada yang digaji.
Menurut Gazali, para pengajar itu hanya mendapat bagian dari hasil panen. Sebagian lahan pesantren memang digunakan untuk pertanian dan peternakan. Selain diajari pelajaran dalam kelas, para siswa diajak bertani dan beternak ikan. ’’Kami sedang menanam jagung, singkong, dan sayuran,’’ ujarnya.
Haris mengaku bergabung karena tertarik dengan cita-cita Gazali membina anak-anak para pelaku tindak terorisme. ’’Saya kenal Ustad Gazali dari media. Saya baca berita tentang sosok beliau,’’ ucapnya.
Alumnus jurusan biologi Universitas Indonesia itu pun tertantang. Dan, akhirnya memilih keluar dari Sekolah Khairul Imam dan bergabung dengan Gazali. Padahal, selain tak digaji, sering kali dia harus mengeluarkan biaya sendiri. Misalnya, untuk membeli pensil, spidol, kertas, dan kebutuhan pembelajaran lainnya.
BACA JUGA: Pesantren Al Hidayah, Mengikis Dendam Anak Para Teroris