Miris, Satu Kelas Hanya Berisi Dua Siswa
SUMENEP – Dunia pendidikan di belahan negeri ini kian memprihatinkan. Salah satunya di Kabupaten Sumenep, Jatim. Di sekolah SDN Bragung, Kecamatan Guluk-Guluk, di kota itu, jumlah siswanya sangat sedikit. Setiap kelas maksimal hanya ada sepuluh siswa. Bahkan, ada satu kelas yang hanya terisi dua siswa, yakni kelas VI.
Kepala SDN Bragung Budiyanto menganggap bahwa jumlah siswa itu sudah banyak. Alasannya, SD yang dipimpinnya tersebut merupakan SD pelosok.
''Menurut kami, jumlah itu sudah banyak untuk ukuran SD desa. Ya, jangan dibandingkan dengan SDN di kota," katanya kepada Jawa Pos Radar Madura kemarin (20/8).
Budi, sapaan karib Budiyanto, menjelaskan, awalnya banyak siswa di kelas VI. Namun, siswanya berhenti satu per satu. Akhirnya, tersisa dua siswa.
"Saya tidak tahu pasti apa penyebabnya. Sebab, saya bertugas di sini baru setahun," ujarnya.
Bukan hanya kekurangan murid, SDN Bragung juga mengalami krisis guru PNS. Hanya ada delapan guru di sekolah tersebut. Perinciannya, 2 pegawai negeri sipil (PNS) dan 6 guru sukarelawan (sukwan). "Guru yang ada saya kira cukup," ucapnya.
Namun, Budi berharap Dispendik Sumenep memprioritaskan sekolahnya. "Sebab, gedung ini sudah rusak parah," tambahnya.
SDN tersebut dibangun pada 1983. Gedung lain sudah bagus karena dibangun 2015. Namun, fasilitasnya masih jauh dari harapan, termasuk alat peraga. "Saya sudah sampaikan segala kebutuhan kepada Dispendik Sumenep," tegasnya.
Kepala Bidang Pendidikan Dasar (Kabid Dikdas) Dinas Pendidikan (Dispendik) Sumenep Fajarisman sudah mengetahui kondisi SDN Bragung. Dia berjanji memprioritaskan bantuan untuk SD itu. "Tetapi, mereka harus menunggu tahun depan karena tahun ini tidak bisa," tuturnya.
Fajar meminta bantuan gedung harus dirawat dengan baik. Tujuannya, gedung tidak cepat rusak. "Kondisi gedung SDN Bragung bagus, tapi kurang dirawat," terangnya.
Terpisah, Sekretaris Komisi IV DPRD Sumenep Moh. Imran menilai animo masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke SD tidak sebesar dulu. Sebab, guru dan pejabat Dispendik Sumenep kurang serius dalam memajukan pendidikan.
"Mereka lebih suka mengurus bantuan daripada mengurus siswa," pungkasnya. (c2/zul/c5/diq/flo/jpnn)