Miskin Program, Jokowi Pilih Suguhkan Isu Melodramatik
jpnn.com - JAKARTA - Menjelang pemilu legislatif mencuat berbagai isu tentang konspirasi untuk menjegal, bahkan mencelakai calon presiden dari PDI Perjuangan (PDIP) Joko Widodo. Pria yang akrab disapa Jokowi itu sempat dikabarkan menjadi target penyadapan, sabotase bahkan sampai usaha pembunuhan.
Pengamat politik dari Universitas Indonesia Agung Suprio menduga, isu-isu bombastis tersebut sengaja dimunculkan oleh pihak Jokowi sendiri. Tujuannya, untuk mendongkrak popularitas Gubernur DKI Jakarta itu sekaligus mengalihkan perhatian masyarakat dari kekurangannya.
"Kampanye Jokowi miskin program, jadi yang ditampilkan adalah sosoknya yang sederhana, isu-isu melodramatik. Kampanye yang menguras perasaan tapi mengesampingkan akal sehat," ujar Agung lewat pesan singkatnya, Selasa (25/3).
Agung melihat sebuah pola dalam kemunculan isu-isu yang disebutnya melodramatik tersebut. Menurutnya, isu-isu tersebut selalu muncul bersamaan dengan ramainya pemberitaan tentang tokoh baru yang berpotensi menyaingi Jokowi sebagai capres.
Contohnya, isu penyadapan Jokowi yang muncul bertepatan dengan ramainya pemberitaan tentang rencana pengunduran diri Walikota Surabaya Tri Rismaharini. Sementara saat ini, isu rencana pembunuhan Jokowi muncul bersamaan dengan wacana pencapresan Ketua KPK, Abraham Samad.
"Saat ini muncul figur baru, yaitu Abraham Samad. Yang punya pesona kuat dengan penekanan pada pemberantasan korupsi dan clean goverment daripada Jokowi," pungkasnya.
Untuk diketahui, kabar tentang rencana pembunuhan Jokowi pertama kali disampaikan oleh Sekjen Partai Republik, Heru B Arifin. Menurutnya, ada pihak yang siap menggunakan segala cara untuk mencegah Jokowi maju sebagai capres.
"Saat itu ada intelijen independen yang mengabarkan ke saya, kika Jokowi tetap dicapreskan maka akan dibunuh atau dibuat cacat seumur hidup. Alasannya Jokowi dianggap diboncengi kepentingan asing," kata Heru di Jakarta, Minggu (23/3). (dil/jpnn)