Monitor Pemberontak Suriah Asal Indonesia
jpnn.com - JAKARTA - Ancaman baru terorisme Indonesia diprediksi bakal muncul dari Suriah. Sejumlah WNI diketahui ikut terlibat dalam konflik di negara tersebut. Meski begitu, hingga kini potensi ancaman mereka masih belum bisa diprediksi. Mereka baru akan dipantau jika telah kembali ke Indonesia.
Badan Nasional penanggulangan Terorisme (BNPT) membenarkan adanya sejumlah WNI yang ikut bergabung bersama pemberontak di Suriah. Informasi tersebut kali pertama keluar dari Kementerian Luar negeri, yang menyebut sekitar 50-an WNI ikut bergabung bersama pemberontak Suriah.
Sebagian mereka berangkat langsung dari Indonesia, dan sebagian lagi berangkat dari negara-negara lain tempat mereka bermukim. Di Suriah terdapat sejumlah kamp pelatihan untuk mempersiapkan para pemberontak yang akan melawan pemerintah.
Namun, BNPT belum bisa memastikan adanya ancaman dari para pejuang itu seandainya kembali ke Indonesia. "Bisa saja kembali ke Indonesia, bisa juga kembali ke negara ketiga tempat mereka bermukim," terang Deputi Kerjasama Internasional BNPT Harry Purwanto.
Menurut dia, pergerakan manusia saat ini cukup sulit diprediksi. Karena itulah, pihaknya hanya memiliki gambaran kasar mengenai orang-orang tersebut. Harry berharap, para WNI yang bersama pemberontak Suriah tidak sampai melawan negaranya sendiri saat kembali.
Dia mengatakan, pemerintah tetap akan memonitor pergerakan setiap warganya yang berada di luar negeri. Pihaknya akan berupaya memastikan agar yang dilakukan di Suriah tidak berlanjut di Indonesia. "Jika ternyata mereka kembali ke Indonesia lalu melakukan kekerasan, tentu akan ditindak," tambahnya.
Saat dikonfirmasi perihal masalah tersebut, pihak Kementerian Luar Negeri membenarkan bahwa saat ini memang ada sekitar 50 WNI yang menjadi Mujahidin di Suriah. Direktur Informasi dan Media Kemenlu, Siti Sofiah mengatakan bahwa KBRI Damaskus terus melakukan pemantauan terhadap mereka.
"KBRI tetap memantau kondisi seluruh WNI yang masih ada di sana dan menyiapkan layanan telepon yang bisa dihubungi WNI agar mendapat pelayanan," ungkap Sofiah saat dihubungi kemarin. Ia menegaskan, bahwa yang terus diawasi dan dipantau tidak hanya pihak tertentu saja tapi seluruh WNI yang tengah berada di Suriah.
Mengenai adanya kemungkinan ancaman dari mereka yang ikut berperang di sana, ia mengaku tidak bisa memprediksikan hal tersebut. "Kalau mengenai ancaman terorisme, BNPT yang lebih tahu," pungkasnya.
Ia juga menjelaskan bahwa sejak memburuknya konflik pada tahun 2012 lalu, pihaknya telah mengeluarkan travel advisory untuk mengunjungi negara tersebut. peringatan tersebut dikeluarkan untuk mengingatkan agar WNI tidak bepergian ke Suriah karena kondisi di negara tersebut yang tidak kondusif. Peringatan tersebut ditekankannya juga berlaku bagi para mujahidin yang saat ini telah ada di sana. (byu/mia)