Munir di Mata Dua Anaknya, 8 Tahun setelah Dibunuh
Sabtu, 08 September 2012 – 07:57 WIB
Butuh waktu tak sebentar bagi Alif untuk bisa melupakan kesedihan atas meninggalnya sang abah yang diracun dalam penerbangan menuju Amsterdam, Belanda, pada 7 September 2004 itu. Apalagi, pejuang hak asasi manusia tersebut pergi untuk selamanya ketika sang anak sulung yang Oktober nanti berusia 14 tahun tersebut baru saja menginjak kelas I SD di Jakarta.
Lewat perjuangan keras, baru lima tahun terakhir inilah pelajar kelas IX MTs Surya Buana Kota Malang itu benar-benar bisa mengikhlaskan kepergian sang abah. "Aku mikirnya waktu itu gak boleh sedih terus, harus bisa tegar biar sekolah bisa berlangsung lancar," katanya kepada Jawa Pos Radar Malang yang menemuinya kemarin di kompleks sekolah, didampingi Kepala MTs Surya Buana Akhmad Riyadi dan pengasuh yayasan bidang perguruan H. Abdul Djalil Zuhri.
Setelah menyelesaikan pendidikan SD di Jakarta, Alif bersama ibu dan adiknya, Diva Suki Larasati, hijrah ke Malang untuk melanjutkan pendidikan SMP. MTs Surya Buana Kota Malang akhirnya dipilih Alif untuk melanjutkan studi. Selain bersekolah, dia memutuskan mondok di Ponpes Surya Buana.