Murka
Oleh: Dhimam Abror DjuraidMereka kecewa terhadap gerak globalisasi yang makin lama dirasakan kian merugikan kepentingan nasional, karena itu mereka memutuskan menarik diri dan fokus untuk mengutamakan kepentingan nasionalnya sendiri.
Kekecewaan terhadap globalisasi dirasakan di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Pasar yang terbuka lebar tanpa proteksi membuat industri dalam negeri pingsan dan mati. Persaingan tarung bebas ini membuat produk-produk Indonesia kalah bersaing dan akhirnya tutup.
Yang disalahkan kemudian adalah politik dumping, banting harga, yang dilakukan negara lain terhadap Indonesia sehingga produk Indonesia tercekik dan mati. Produk-produk China membanjir dengan harga murah dan kualitas bagus.
Menteri Perdagangan M. Lutfi menuduhnya sebagai banting harga dan “predatory pricing”, penerapan harga rendah untuk melalap pasar.
Serbuan barang asing itu menjadi salah satu faktor yang merusak produk Indonesia.
Namun, harus ditelaah juga mengapa produk Indonesia tidak bisa bersaing dengan produk asing. Kita semua sudah tahu jawabannya sejak dua puluh atau tiga puluh tahun yang lalu, tetapi kita tidak bisa berbuat banyak untuk mengubahnya.
Penyebab utama inefisiensi produk Indonesia adalah karena “high cost economy”, ekonomi biaya tinggi, yang masih tetap mencekik Indonesia dari dahulu sampai sekarang.
Penyebab utama ekonomi biaya tinggi itu adalah banyaknya biaya-biaya siluman dalam proses produksi di Indonesia. Mulai dari mengurus perizinan sampai ke urusan distribusi barang semuanya diwarnai biaya siluman.