Nadia Mulya, Berbalas Cerita di Diary Rindu dengan Ayah
jpnn.com - JAKARTA - Presenter Nadia Mulya, 34, punya cara sendiri untuk menjaga kedekatan dengan sang ayah, Budi Mulya. Orang yang disayanginya itu saat ini menjalani hukuman setelah divonis 10 tahun penjara karena kasus Bank Century.
Nadia selalu bertukar diary dengan Budi untuk menceritakan kejadian sehari-hari.
Ditemui di Pacific Place, kawasan Sudirman, beberapa hari lalu, ibu dua anak itu menceritakan bagaimana dia dan keluarganya menjalani cobaan tersebut. Saat ini, sudah sembilan bulan Budi ditahan.
"Dan kami tidak bisa berkomunikasi dengan papa karena di sana tidak ada alat komunikasi," ungkapnya.
Sementara itu, jadwal menjenguk hanya dua hari dalam seminggu, yakni Senin dan Kamis. Supaya tetap terkoneksi, Nadia memberikan sebuah diary sejak hari pertama Budi ditahan. Setiap kali Nadia menjenguk, diary tersebut diberikan kepada sang ayah.
"Jadi, diary-nya dibawa gantian. Kalau dibawa sama papa, dia yang nulis. Kalau ada di saya, saya yang nulis," terangnya.
Kalau membaca tulisan-tulisan ayahnya, Nadia suka menangis. Nadia bilang, anak-anaknya sangat dekat dengan Budi Mulya, sang kakek. Melalui diary itu, Budi tidak melewatkan semua kejadian di rumah, begitu juga sebaliknya.
"Untuk sekarang, cara ini yang bisa saya lakukan sebagai anak yang berusaha membesarkan hati papanya. Saya bilang ke papa, suatu saat saya akan membuat tulisan di diary ini jadi sebuah buku," kata Nadia yang sekarang ini sudah menghabiskan dua diary itu.
Apa yang ditulis mereka berdua, kata Nadia, bukan soal kasus hukum. Tapi, lebih kepada hubungan bapak dengan anaknya. Selain berbalas tulisan lewat diary, biasanya Nadia menyertakan foto-foto terbaru untuk obat rindu ayahnya. Beberapa hal yang ditulis Nadia, antara lain, cerita mengenai putri sulungnya yang mendapatkan bunga dari teman sekolah.
"Saya tulis di diary, Nadine (putri sulung Nadia, Red) dapat bunga dari teman. Terus bapaknya marah, anak kecil kok sudah dapat bunga," ceritanya.
Sementara itu, ayahnya menulis tentang kondisinya di penjara. Di sana, dia tidur tanpa AC. "Sampai-sampai saya juga ikut tidur tanpa AC, agar bisa merasakan apa yang papa rasakan," lanjutnya.
Budi juga suka menulis tentang teman-temannya sesama penghuni tahanan. Salah seorang yang dia ceritakan adalah Tubagus Chaeri Wardana atau Wawan, tahanan kasus korupsi.
"Papa menulis, kalau ketemu Wawan, suka ngobrol pakai bahasa Sunda," tambahnya. Sejauh ini, Nadia rutin menjenguk ayahnya. Meski sibuk, dia selalu menyempatkan datang sebelum menjalani aktivitas yang lain. (jan/c17/ayi)