Ngeri, Wanita Hamil yang Kecanduan Opioid Makin Meningkat
jpnn.com - Krisis opioid telah mencapai tingkat yang baru dan berbahaya dan menurut laporan baru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, sekelompok perhatian utama adalah para calon ibu. Bahkan, sebuah analisis, yang diterbitkan pada 10 Agustus lalu di Morbidity and Mortality Weekly Report CDC, menemukan bahwa jumlah wanita dengan gangguan penggunaan opioid saat persalinan dan melahirkan meningkat empat kali lipat dari tahun 1999 hingga 2014.
Opioid adalah bahan kimia yang merangsang reseptor opioid, sejenis sel yang dijumpai di otak, saraf tunjang dan saluran gastrousus.
"Temuan ini menggambarkan dampak yang merusak dari epidemi opioid pada keluarga di seluruh AS, termasuk pada yang paling muda," kata direktur CDC, Dr. Robert R. Redfield, seperti dilansir laman Sheknows, Kamis (25/10).
"Gangguan penggunaan opioid yang tidak diobati selama kehamilan bisa menyebabkan hasil yang kurang menggembirakan. Setiap kasus mewakili ibu, anak dan keluarga yang membutuhkan perawatan dan dukungan lanjutan," jelas Redfield.
Tentu saja kecanduan opioid bermasalah bagi siapa saja. Menurut The Recovery Village, jenis kecanduan ini bisa menyebabkan banyak masalah kesehatan fisik dan mental dan jika tidak dikontrol, kecanduan opioid bisa menyebabkan kematian.
Faktanya, overdosis opioid menyumbang lebih dari 42.000 kematian pada tahun 2016 menurut ke Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS.
Namun, penggunaan opioid selama kehamilan bisa menyebabkan banyak masalah lain, termasuk tetapi tidak terbatas pada kelahiran prematur, lahir mati, cacat lahir serta kematian ibu dan sindrom abstinen neonatal. Dan, sayangnya, satu bayi dilahirkan setiap 15 menit dengan gejala penarikan setelah terkena opioid dalam rahim, menurut penelitian dari Vanderbilt University Medical Center dan diterbitkan oleh jurnal Pediatrics awal tahun ini.
Peneliti menganalisis data dari wanita di 28 negara, dan sementara tingkat prevalensi nasional dari gangguan penggunaan opioid tumbuh sebesar 0,39 kasus per 1.000 setiap tahun, peningkatan tahunan terendah di California dan Hawaii dan tertinggi di Maine, New Mexico, Vermont dan West Virginia.(fny/jpnn)