Nikmatnya Kopi Asiang di Pontianak, Dikenal Sejak 1958
Mungkin itu sebabnya ia tak berniat untuk membuka cabang, pun tidak terpikir untuk mewariskan usahanya yang sudah punya branding itu. “Kalau saya sudah tak ada, tutup jugalah mungkin warkop ini,” tukasnya.
Ia mengaku sering mendapat tawaran membuka cabang atau bahkan membuat waralaba untuk warkopnya. “Di Jakarta, di Surabaya, di Bandung, orang datang nanyakan, tapi saya bilang tidak,” beber Asiang.
Dan, pria yang sudah lebih dari 20 tahun menjalankan bisnis warung kopi ini tidak merasa jenuh menyeduh kopi. “Karena itu saya tidak mau buat banyak-banyak, udah segini saja cukup,” tuturnya.
Asiang sangat ketat dengan jadwal kerjanya, di atas jam 12 siang, jangan harap berkesempatan menyaksikan atraksi khasnya ketika menyeduh kopi.
Saksi keberadaan Warkop Asiang pun mengakui kepiawaiannya. Adalah Vincencius, 78 tahun, bersaksi kalau Warkop Asiang merupakan salah satu yang tertua di kawasan Gajah Mada hingga Merapi. “Dulu Asiang itu masih jualan di kaki lima yang saya ingat waktu awalnya,” ujarnya ditemui di kediamannya, Sabtu (14/1).
Kata Vincencius, untuk kawasan Gajah Mada dan sekitarnya dulu juga ada warkop lainnya yang cukup tua. “Namanya Warkop Asia, tapi sudah tutup saat yang punya meninggal,” ungkapnya.
Ia tidak bisa mengingat warkop lain di sekitar Gajah Mada dan Tanjungpura serta Parit Besar yang lebih tua dari Asiang. “Rata-rata yang lama sudah tidak ada lagi,” ujar Vincencius.
Begitu pun dulu ada nama lama seperti Suka Hati di Jalan Tanjungpura yang menyediakan roti kaya dan pisang kaya. Kemudian ada Warkop Senang Hati di kawasan Parit Besar.