Nusron Wahid Tolak Pemilihan Ketum Golkar secara Aklamasi, Nih Alasannya
jpnn.com, JAKARTA - Politikus Partai Golkar Nusron Wahid menentang upaya pemilihan ketua umum parpolnya secara aklamasi. Alasannya, jelang Musyawarah Nasional (Munas) Golkar saat ini terdapat setidaknya empat calon ketum yang akan bersaing.
Menurut koordinator Bidang Pemenangan Pemilu DPP Partai Golkar itu, empat calon ketum tersebut adalah Airlangga Hartarto sebagai petahana, Bambang Soesatyo alias Bamsoet, Indra Bambang Utoyo dan Ridwan Hisyam. Dengan adanya empat calon ketua umum, kata Nusron, pengambilan keputusan tak mungkin dilakukan secara aklamasi.
"Saya yakin juga akan muncul calon-calon lain, dipastikan tidak calon tunggal. Kalau tidak calon tunggal bagaimana akan aklamasi?" kata Nusron di Jakarta, Jumat (15/10).
Nusron mengatakan, memang salah satu keputusan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Golkar adalah mendorong munas mendatang mengedepankan musyawarah mufakat berlandaskan demokrasi. Menurut dia, musyawarah mufakat merupakan sesuatu yang baik selama calonnya hanya satu dan semua menyepakatinya.
Namun jika calonnya banyak, Nusron mengatakan keputusannya tak bisa melaluiaklamasi. “Masa empat-empatnya akan jadi ketum semua? Pasti harus satu dan lewat mekanisme voting sebagai satu-satunya jalan," ujarnya.
Nusron menyinyalir ada upaya yang sangat sistematis untuk mengarahkan Munas Golkar pada Desember nanti memilih ketua umum tanpa pemungutan suara. Menurutnya, Pasal 50 Anggaran Rumah Tangga (ART) Golkar menyatakan secara jelas bahwa peilihan ketua umum harus dilaksanakan secara langsung oleh peserta munas melalui tiga tahap.
Untuk tahap pertama adalah penjaringan yang dilanjutkan pencalonan. Terakhir adalah tahap pemilihan.
"Dari mana tahu kalau cuma calon tunggal, wong tahapannya belum dilalui. Tahap penjaringan saja belum kok seakan-akan sudah penetapan," kata Nusron.(antara/jpnn)