Opini Hawking tentang Black Hole, Ketiadaan Tuhan dan Alien
jpnn.com - Fisikawan kondang Stephen Hawking telah berpulang dalam usia 76. Penulis buku A Brief History of Time itu tak hanya kondang karena pendapat keilmuannya, tapi juga lantaran pernyataan-pernyataannya yang kerap menimbulkan perdebatan.
Hawking yang lebih dari separuh usianya harus berada di atas kursi roda, kondang karena dianggap telah menyempurnakan teori lubang hitam atau black hole di alam semesta. Kecepatan cahaya pun tak mampu menghadapi tarikan lubang hitam.
“Lubang hitam punya batas yang disebut cakrawala peristiwa. Di situlah gravitasi cukup kuat untuk menarik kembali cahaya dan mencegahnya keluar,” ujar guru besar di Universitas Cambridge, Britania Raya itu.
Hawking yang juga terkenal dengan Theory of Everything menyatakan, mengetahui akhir alam semesta berarti memahami pikiran Tuhan. “Di manakah itu (alam semesta) akan berakhir? Jika demikian, kapan? Jika kita menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini, kita sesungguhnya tahu pikiran Tuhan,” ujarnya.
Saintis yang mengaku ateis itu menuturkan, wajar bagi orang yang belum belajar sains langsung percaya bahwa Tuhan menciptakan alam semesta. Tapi sekarang, katanya, sains menawarkan penjelasan yang lebih meyakinkan soal asal alam semesta.
“Saya meyakini penjelasan yang paling sederhana adalah tidak ada Tuhan. Tak ada yang menciptakan alam semesta dan tak ada yang mengarahkan takdir kita. Ini membawa saya pada kesadaran mendalam bahwa mungkin tidak ada surga dan juga kehidupan akhirat,” ucapnya.
Hawking yang tak percaya pada keberadaan Tuhan justru menganggap kehidupan di planet lain bukanlah konsep asing. Menurutnya, menganggap adanya kehidupan cerdas di luar Bumi merupakan hal rasional.
Ilmuwan kelahiran 8 Januari 1942 itu menegaskan, merujuk pada jumlah planet dan bintang yang saat ini diketahui, tidak mungkin Bumi menjadi satu-satunya tempat kehidupan berevolusi. “Ide bahwa kita ini sendirian di alam semesta tampak tak masuk akal dan sombong bagiku,” ucapnya.(abc/ara/jpnn)