Pancasila dan Nilai Ramadan Kolaborasi Hebat Lawan Radikalisme
Sebab, kadang-kadang hal tersebut malah dihambat pada persepsi perlindungan hak asasi manusia (HAM) yang salah,
“Misalnya tidak memberikan perlindungan terhadap pendapat yang berbeda. Padahal pendapatnya tidak sembarang pendapat yang harus dilindungi. Harus ditegakkan pula kalau pendapatnya menghasut, pendapatnya radikal, pendapat yang mungkin subversif ya harus ditindak,” ujar pria yang juga staf pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UI ini.
Menurut Kemal, di sekolah-sekolah juga harus diberikan bagaimana memberikan suatu nuansa yang tidak radikal terhadap murid-muridnya.
Yakni, dengan memberikan contoh-contoh toleransi antarsesama dengan berbagai perbedaan seperti perbedaan suku, agama, ras dan budaya.
Ini penting agar ada rasa saling melindungi antarsesama manusia dan agar bangsa Indonesia selalu bersatu agar tidak terpecah.
Kemal menegaskan, masyarakat juga harus mendukung jihad yang damai yang juga disertai penguatan nilai-nilai kebangsaan yaitu Pancasila dan nilai sosial Bhinneka Tunggal Ika.
“Karena kelompok radikal itu sangat tidak memahami makna jihad sesungguhnya dan mereka tidak mengakui terhadap keberadaan Pancasila sebagai ideologi bangsa kita yang cinta damai dan toleran seperti ini,” ujarnya.
Melihat kejadian bom bunuh diri di terminal Kampung Melayu beberapa waktu lalu, Kemal mengingatkan bahwa ancaman terorisme di bulan Ramadan ini dirasa masih cukup besar.