PascaPilpres 2019, Pelaku Usaha Indonesia Optimis Naikkan Harga
jpnn.com, JAKARTA - Selepas perhelatan Pilpres 2019, tampaknya pelaku usaha mulai menunjukkan sinyal positif dalam dunia usaha. Grant Thornton merilis International Business Report (IBR) terbaru untuk periode semester pertama 2019. Data survei di 35 negara ini mencatat beberapa hasil menarik terkait tren pelaku bisnis global, termasuk Indonesia.
Pelaku bisnis Indonesia tercatat memiliki harapan tertinggi di dunia untuk menaikkan harga, 69 persen pelaku usaha berharap akan melakukan kenaikan harga jual di tahun yang akan datang, hasil ini naik cukup signifikan dibandingkan dengan periode survei sebelumnya di semester 2 pada 2018 yang berada di level 55 persen.
Secara umum, optimisme bisnis pelaku usaha Indonesia berada di urutan ke-3 dunia pada periode survei kali ini dengan level optimisme di 66 persen membuntuti Filipina dan Vietnam yang berada di posisi pertama dan kedua.
Meskipun ASEAN menunjukkan optimisme bisnis yang baik, secara global pelaku usaha kembali mencatat penurunan terkait rata-rata optimisme bisnis dalam setahun kedepan, optimisme global hanya berada di level 32% turun dari periode survei sebelumnya yang berada di 39% bahkan level optimisme ini merupakan yang terendah sejak 2016.
Ketidakpastian ekonomi masih diidentifikasi pelaku usaha sebagai kendala dari beberapa survei terakhir yang dilakukan IBR. Meningkatnya ketidakpastian menggerakkan kekhawatiran mereka akan kurangnya permintaan di waktu yang akan datang.
Dengan melemahnya permintaan, pelaku usaha tampaknya mulai fokus pada rencana investasi yang berkualitas dengan rencana investasi R&D jauh lebih sehat, dan rencana investasi teknologi yang kuat, terbukti 45 persen pelaku usaha global bersiap menaikkan budget R&D mereka dalam 12 bulan ke depan.
Hal tersebut juga sangat relevan dengan apa yang terjadi di pasar negara berkembang. Johanna Gani, Managing Partner Grant Thornton Indonesia mengatakan pemeringkatan IBR pada tahun ini cukup konsisten dengan pandangan secara makro, di mana pelaku usaha di negara-negara berkembang seperti Indonesia, India, Filipina dan Vietnam secara konsisten menunjukkan kecenderungan lebih tinggi untuk investasi secara fisik, R&D dan teknologi.
“Ekonomi pasar negara berkembang yang tumbuh cepat ditandai oleh akumulasi modal yang cepat dan Produktivitas Faktor Total (Total Productivity Factor/TFP) yang kuat, dimana R&D dan inovasi memiliki peranan yang sangat penting untuk pertumbuhan TFP," pungkas Johanna. (chi/jpnn)