Pasokan BBM-Listrik Aman
jpnn.com - JAKARTA – Kementerian ESDM memastikan pasokan energi, terutama di wilayah Jawa dan Bali, aman selama Lebaran. Menteri ESDM Jero Wacik menyatakan, konsumsi energi masyarakat memang cukup fluktuatif pada periode Lebaran. Misalnya, premium yang naik 14 persen menjadi 91.830 kiloliter (kl) jika dibandingkan dengan penyaluran harian normal rata-rata 80.926 kl. Bahan bakar pesawat, avtur, pun naik 8,6 persen menjadi 11.536 kl ketimbang penyaluran harian normal 10.619 kl.
’’Kalau elpiji naik 8,5 persen menjadi 19.614 mt daripada rata-rata harian normal 18.069 metrik ton (mt). Nah, solar justru turun 4,9 persen menjadi 38.628 kl daripada rata-rata harian normal 40.626 kl. Itu terjadi karena banyak konsumen industri yang libur,’’ ujarnya setelah kunjungan ke Terminal Bahan Bakar Minyak (BBM) Plumpang di Jakarta, Jumat (25/7).
Meski begitu, pihaknya terus menjaga pasokan BBM. Pihaknya optimistis bisa mempertahankan level stok premium 17,4 hari, solar 21,3 hari, avtur 27,6 hari, pertamax 40,9 hari, pertamax plus 37,6 hari, dan elpiji 16,8 hari. ’’Kami sudah mengantisipasi semua kemungkinan termasuk kemacetan,’’ jelasnya.
Jero juga mengecek kondisi tenaga listrik menjelang Lebaran. Dia meyakinkan, pihaknya sudah megantisipasi semua kecukupan setrum di Indonesia. Satu-satunya wilayah yang bakal mengalami defisit hanyalah Kalimantan Barat yang sebesar 15 megawatt (mw). ’’Itu terjadi karena ada mesin turbin yang sedang dalam perawatan,’’ ungkap Direktur Utama PT PLN Nur Pamudji.
Namun, pihaknya masih fokus terhadap sistem jaringan Jawa dan Bali. Sebab, wilayah tersebut menyerap 76 persen total konsumsi nasional. Konsumsi listrik diperkirakan anjlok seiring liburnya industri dan beberapa perkantoran pada Hari Raya Idul Fitri. Titik terendah bakal terjadi pada 28 Juli atau hari H.
’’Pada beban puncak (BP) tertinggi di sistem kelistrikan Jawa–Bali diprediksi 14.481 mw. Itu turun 38 persen daripada beban puncak normal 23.350 mw. Sedangkan beban terendah pada hari H diprediksi hanya 9.550 mw. Sementara itu, daya mampu pembangkit di Jawa–Bali saat ini 31.456 mw,’’ terangnya.
Pihaknya pun berecana mematikan beberapa pembangkit listrik. Selain boros, tegangan yang terlalu tinggi bisa merusak infrastruktur listrik hingga ke perangkat rumah tangga. Karena itu, pengurangan daya listrik baik dari pembangkit maupun kabel transmisi harus dikurangi untuk menyeimbangkan suplai dan kebutuhan.
’’Tahun ini kami menutup 15 pembangkit listrik di Jawa. Total daya yang dikurangi 6.706 mw. Kebanyakan pembangkit listrik yang dimatikan bersumber batu bara,’’ imbuhnya. (bil/c22/oki)