Pasukan Elite TNI dan Polri Diminta Siaga
jpnn.com - JAKARTA - Upaya penyelamatan 10 warga Indonesia yang diduga disandera kelompok garis keras Abu Sayyaf di Filipina Selatan, merupakan kewenangan pemerintah yang dipimpin Presiden Benigno Simeon Cojuangco Aquino III.
Namun, pasukan elite TNI/Polri diminta siaga, agar siap diturunkan dalam operasi penyelamatan.
"Sewaktu-waktu diperlukan bisa dikirim (pasukan elite)," kata Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq menjawab JPNN.com di gedung Parlemen Jakarta, Selasa (29/3).
Politikus Partai Keadilan Sejahtera ini mengingatkan pemerintah Indonesia tidak perlu menuruti permintaan tebusan Rp 15 miliar dari kelompok militan tersebut. Dengan demikian hanya ada dua cara bisa ditempuh, pendekatan persuasif dengan pembebasan tanpa syarat, atau pendekatan militer.
Namun, cara mana yang akan dipilih, ketua komisi bidang pertahanan dan hubungan internasional ini menyerahkan sepenuhnya pada pemerintah Filipina. Sebab, wilayah tersebut merupakan yurisdiksi mereka.
"Kalau pemerintah Filipina meminta dukungan pemerintah Indonesia, baru nanti dilakukan langkah yang diperlukan. Tapi sejauh ini kan pemerintah Filipina belum meminta bantuan," jelasnya.
Saat ini, tambah Mahfudz, Indonesia hanya bisa mendukung segara upaya yang akan ditempuh otoritas Filipina, sembari memantau melalui KBRI di sana. Kepentingan Indonesia adalah 10 WNI tersebut dibebaskan dan kapalnya dikembalikan.
"Ini sepenuhnya menjadi tugas pemerintah Filipina, mereka mau mengerahkan siapa, itu pasti ada aturan mainnya sesuai hukum di sana. Kalau mereka membutuhkan bantuan apakah dari kepolisian, densus, atau yang lain (TNI) baru kita lakukan," tambahnya. (fat/jpnn)