Pelaku Sejarah Dukung Dokumen KAA Jadi Warisan Dunia versi UNESCO
jpnn.com - JAKARTA - Tokoh senior PDI Perjuangan Sabam Sirait mendukung langkah pemerintah melalui Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) untuk menjadikan dokumen Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 dan Gerakan Non Blok (GNB) 1961 sebagai warisan dunia yang diakui UNESCO. Sabam mengaku sangat senang bila dokumen-dokumen KAA maupun GNB masuk “Memory of The World” versi badan PBB yang membidangi pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan itu.
Sabam mengaku sebagai pelaku sejarah agar Indonesia menyelenggarakan KAA demi memperjuangkan kemerdekaan bangsa-bangsa di Asia, Afrika dan Amerika Latin. “Dokumentasi KAA dan GNB perlu diterbitkan ulang agar dibaca oleh generasi masa kini,” katanya di Jakarta, Rabu (27/5).
Sabam yang kala KAA masih berumur 20-an tahun dan menjadi mahasiswa, terlibat dalam penyelenggaraan even internasional yang digelar di Bandung pada April 1955 itu. Bahkan, lanjutnya, KAA awalnya diawali dengan ide tentang Konferensi Mahasiswa Asia Afrika. “Saat itu ada ada mahasiswa dari China, India, Sri Langka dan Indonesia,” katanya.
Namun agar penyelenggaraannya Konferensi Mahasiswa Asia Afrika tidak bertabrakan dengan KAA pada 1955, maka pertemuan mahasiswa tingkat internasional itu baru digelar pada 1956. Karenanya, lanjut tokoh pendiri PDI itu, akan menjadi sangat bermanfaat bila dokumentasi tentang KAA dan GNB disebarluaskan ke generasi selanjutnya. “Jadi idenya tetap hidup," kata Sabam yang mengaku mau menjadi narasumber jika ada pihak yang menjadi penulis tentang dokumentasi KAA dan GNB.
Foto: Arsip Nasional Republik Indonesia
Sebelumnya, Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri saat menyampaikan pidato kebudayaan di gedung Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), di Jakarta, Selasa (26/5), menyatakan bahwa dokumen KAA dan GNB merupakan warisan yang membawa pencerahan bagi banyak bangsa. Karenanya ia mendorong ANRI bisa mencatatkan dokumen KAA dan GNB sebagai Memory of The World di UNESCO.
"Atas dasar hal itulah, saya memberikan dukungan sepenuhnya terhadap upaya menjadikan seluruh dokumen kedua peristiwa tersebut untuk diterima sebagai program UNESCO, yaitu Memory of The World. Upaya ini sangatlah penting. Sebab, menyelamatkan arsip dan dokumen KAA dan GNB merupakan sebuah proses pencerahan," harapnya.(ara/jpnn)