Pemimpin ISIS Ejek AS Loyo
jpnn.com - BAGHDAD - Islamic State (IS) atau yang lebih dikenal dengan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) membuat heboh dengan merilis pesan suara di akun media milik mereka. Sebab, suara yang baru diunggah itu merupakan milik pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi.
Padahal, beberapa hari lalu, pemerintah Iraq dan Amerika Serikat (AS) mengabarkan bahwa al-Baghdadi terluka parah karena serangan udara yang mereka lakukan. Bahkan, ada kemungkinan dia meninggal dunia.
"Suara al-Baghdadi terdengar jelas dalam pesan suara tersebut," ujar analis senior di Flashpoint Partners Laith Alkhouri.
Flashpoint Partners adalah perusahaan yang disewa pemerintah AS untuk melacak website milik ISIS. Sejauh ini, belum diketahui kapan dan di mana rekaman suara al-Baghdadi itu diambil.
Dalam rekaman yang berdurasi 17 menit tersebut, al-Baghdadi menyatakan bahwa tentara koalisi yang dipimpin AS untuk menghancurkan ISIS tidak ada apa-apanya.
"Kita melihat bahwa Amerika dan sekutunya takut, lemah, tidak mampu, dan gagal (menghancurkan ISIS)," terangnya.
Dia menambahkan, pasukan ISIS akan memaksa tentara koalisi untuk mengirimkan pasukan tempur di darat. Dengan begitu, ISIS bisa membunuh dan menghancurkan mereka. Obama memang berencana menambahkan 1.500 personel tentara AS untuk bertempur di Iraq.
Pemilik nama asli Ibrahim Awwad Ibrahim Ali Muhammad al-Badri al-Samarrai itu juga meminta seluruh pasukan ISIS bertempur di mana pun mereka berada. Dia menegaskan, pasukan ISIS tidak akan pernah berhenti bertempur.
"Meski hanya satu orang (dari pasukan ISIS) yang tersisa, mereka tidak akan berhenti berjuang karena mereka menentang penghinaan dan ketidakadilan," ungkap pria yang pernah empat tahun mendekam di penjara AS itu.
Di sisi lain, Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Jen Psaki menegaskan bahwa AS dan negara-negara lain akan meningkatkan usaha untuk memerangi ISIS.
"Jelas bahwa kebrutalan, retorika berbicara, dan penghasutan yang dilakukan pemimpin IS ini bukanlah fenomena baru. Ini adalah pengingat bagi setiap orang di negara tersebut dan seluruh dunia tentang apa sebenarnya tujuan mereka," jelasnya. (CNN/The Age/sha/c23/ami)