Pengamat Yakin Strategi Semburan Fitnah Pasti Gagal
jpnn.com, JAKARTA - Pengamat Komunikasi dari Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing meyakini propaganda ala Rusia atau dikenal dengan Firehouse of Falsehood pasti gagal dalam kontestasi politik di Indonesia. Alasannya, masyarakat kian cerdas memfilter mana informasi berbasis fakta dan kebohongan.
Dia mengatakan, pabrikasi fitnah, hoaks yang dilakukan secara masif akan mempengaruhi masyarakat. Tetapi, jika informasi-informasi hoaks itu terus terbantahkan, maka publik tidak akan percaya lagi dengan semburan fitnah yang dilancarkan.
"Itu memang akan tertinggal di peta kognisi khalayak dan bisa jadi menimbulkan disonansi kognitif. Ini perlu counter berbasis fakta dan data,” kata Emrus saat dikonfirmasi, Jumat (8/2).
Beberapa semburan kebohongan yang kemudian terbongkar, Emrus mencontohkan, adalah kasus Ratna Sarumpaet yang kemudian mengakui berbohong telah dipukuli orang tidak dikenal. Berita hoaks lain adalah bergulir mobil Neno Warisman dibakar oleh seseorang, tetapi klarifikasi kepolisian memastikan mobil Neno terbakar karena korsleting.
Barita lainnya, soal rumah Mardani Ali Sera yang disebut dilempar bom Molotov, namun CCTV rumahnya tidak merekam kejadian tersebut.
Emrus menjelaskan, secara pragmatis dalam politik apa pun bisa dilakukan termasuk melakukan semburan kebohongan. Tetapi dalam konteks komunikasi, kata dia, ada dua hal yang bisa dilakukan untuk mengembalikan persepsi publik soal kebohongan-kebohongan yang terus dilancarkan.
“Counter berbasis fakta dan pasangan yang menjadi korban semburan fitnah (petahana) harus terus menjadi leading sector dalam memproduksi isu-isu positif,” ujar dia.
Isu-isu positif yang menjadi antitesis semburan fitnah itu juga, kata Emrus, harus diamplifikasi melalui media massa dan media sosial. “Ini untuk menguatkan kembali keyakinan masyarakat yang otaknya sudah teracuni hoaks dan kebohongan itu,” pungkas dia.(tan/jpnn)