Pengusaha Angkot Minta Disubsidi
jpnn.com - CIMAHI - Gonjang ganjing rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang direncanakan pemerintah pusat membuat gusar para pelaku usaha angkutan kota (Angkot).
Mereka berharap, pemimpin negeri ini memberikan perhatian lebih bagi pelaku usaha transportasi umum ini.
Seperti yang disampaikan Kiki (34), sopir Angkot Cihanjuang-Parongpong. Sebenarnya dia tidak mengharapkan BBM naik, tapi sebagai rakyak kecil dirinya tak bisa berbuat banyak dan hanya ketakutan yang dirasakannya jika pemerintahan yang baru jadi menaikan harga BBM.
"Siapa yang mau BBM baik. Sudah mah muatan menurun, ditambah BBM naik. Makin susah saja hidup orang kecil,"ujarnya saat ditemui di Cimahi, Minggu (2/10).
Selama sepuluh tahun menjalanani profesi sebagai supir angkot, beberapa kali ia harus merasakan kenaikan harga BBM.
Alhasil, pascakenaikan BBM beberapa kali di pemerintahan yang dulu, dia mengaku merasakan penurunan penghasilan yang drastis.
"Dulu uang lebih setoran bisa lumayan banyak dibawa ke rumah. Sekarang mah boro-boro. Jangankan bisa dibawa ke rumah, untuk menutupi setoran saja susahnya minta ampun," ujarnya.
Hal senada juga disampaikan Iyan (43). Meski pemerintah jadi menaikkan harga BBM, dia berharap pemerintah mencari solusi agar pengemudi angkotseperti dirinya tak semakin merugi karena kenaikan tarif tidak akan sebanding dengan kenaikan BBM.
"Penumpang angkot pasti menurun drastis. Masyarakat beralih menggunakan motor karena lebih murah dan cepat daripada naik angkot. Kalau sudah begitu mau bagaimana coba," keluhnya.
Sementara itu, Ketua Organda Kota Cimahi Dida Suprinda mengharapkan, kalau kenaikan harga BBM bersubsidi tak bisa dihindari, pemerintahan yang baru wajib menunjukan komitmennya untuk memperhatikan para pelaku usaha angkot.
"Kami tidak bisa berbuat banyak, tapi sedikit harapan kami jika pemerintah bisa mendapatkan subsidi khusus karena apa yang kami lakukan itu menyangkut orang banyak dan mereka yang tidak mampu," katanya.
Ada alasan kenapa pemerintah perlu memberikan subsidi, karena sebagian besar pengguna angkot adalah orang kurang mampu dan anak sekolah yang anggaran keuangannya sangat terbatas.
Maka pihaknya mengharapkan ada subsidi khusus terhadap angkutan umum. Bukan hanya mengangkut supir dan pengelola Angkot saja, namun masyarakat umum yang menjadi konsumen setia. "Ini sangat perlu karena pelaku usaha angkot menengah ke bawah," ujarnya.
Tidak hanya itu, bisnis angkutan umum akhir-akhir ini tengah limbung karena angkot kalah bersaing dengan kendaraan pribadi seperti sepeda motor. Kendaraan roda dua ini semakin banyak diminati warga masyarakat karena harganya yang semakin terjangkau dan kemudahan pembelian oleh perusahaan leasing.
Dengan kenaikan harga BBM bersubsidi nanti tanpa adanya subsidi dari pemerintah dipastikan akan berdampak terhadap melonjaknya tarif angkutan umum. Penyesuaian tarif perlu dilakukan agar para pengusaha angkutan mampu bertahan disaat harga spare part pun ikut-ikutan naik.
"Karena persaingan antar moda semakin ketat. Kenaikan harga BBM sebelumnya pun telah membuat harga spare part naik hingga 200 persen dan tidak mungkin turun lagi," tegasnya. (dep)