Pentaskan Wayang, Kemendagri Pilih Cerita Konspirasi Elite Berebut Kursi
jpnn.com - JAKARTA - Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum (Dirjen Polpum) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Soedarmo mengatakan, pagelaran wayang kulit yang digelar Sabtu (25/6) malam hingga Minggu (26/6) dini hari, bagian pelestarian budaya.
“Wayangan ini merupakan peringatan Hari Lahir Pancasila dan Bulan Bung Karno. Pagelaran juga sebagai upaya melestarikan budaya, bertujuan untuk meningkatkan wawasan kebangsaan dan rasa cinta tanah air," ujar Soedarmo, Sabtu malam.
Menurut Soedarmo, pagelaran juga sejalan dengan visi pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Yakni mewujudkan Indonesia berdaulat, mandiri, dan berkepribadian.
"Lakon yang diangkat, Gandamana Luweng. Artinya, elite berkonspirasi, berebut kursi. Ide cerita Sudjadi, dilakonkan Dalang Ki H Manteb Soedharsono mengungkap kisah mengenai harta, tahta dan wanita dalam kisah klasik Ki Ageng Mangir," ujar Soedarmo.
Ki Ageng Mangir merupakan pemberontak Kerajaan Mataram Abad 17. Dikalahkan akibat siasat Penembahan Senopati yang menggunakan puterinya sendiri, Retno Pembayun untuk meluluh-lantahkan hati Ki Ageng Mangir. Sehingga bersedia menyerah dan terbunuh.
“Persoalan dunia ini tak pernah lepas dari tiga hal yakni, harta, tahta dan wanita. Ketiganya menyatu dalam peradaban manusia. Banyak cerita diciptakan sebagai pengingat. Meski berbeda versi, format dan bahasa, namun motif, cara dan modelnya nyaris serupa,” ujar Soedarmo.(gir/jpnn)