Perempuan Kaya itu Sering Balik ke Lapas Malam Hari
Tidur Beralas Tikar, Makan Nasi Penjarajpnn.com - MEDAN-Meski dikenal sebagai pengusaha sukses nan dermawan di Kota Batam, tapi kini di Lapas Dewasa Wanita Klas II Medan, terdakwa kasus pembunuhan Idawati boru Pasaribu alias Nenek alias Inang (60), tak bisa berbuat banyak.
Pengaruhnya yang diakui di Kota Batam pun seolah sirna. Meski bergelimangan harta, tapi wanita yang dipanggil Inang ini tak mendapat perlakuan istimewa di penjara. Ya, ia tidur bersama 24 warga binaan yang terlibat berbagai macam kasus dan beralaskan tikar di lantai Blok A1.
Hal ini ditegaskan Kalapas Wanita Dewasa Klas II Medan, Suprobo saat ditemui kru Posmetro Medan (Grup JPNN), Selasa (1/10) siang. Dikatakan Suprobo, selama jadi warga binaan, Idawati yang terjerat kasus pembunuhan bidan Nurmala Dewi itu tak pernah mendapat perlakuan khusus. Ia tetap bergabung dan tidur dengan tahanan lainnya.
"Gimana mau diperlakukan khsusus, kamarnya saja kurang. Saat ini di sini sudah over kapasitas. Dan, Idawati juga makan dari dalam lapas. Sewaktu dia pertama masuk, memang ada keluarganya datang mengunjunginya, KTP yang dipergunakan oleh keluarganya itu dari Batam, kalau sekarang sudah jarang. Paling hanya pengacaranya saja yang datang menjenguk untuk kepentingan hukumnya," terangnya.
Masih kata Probo, selama ini kehidupan sehari-harinya Idawati normal. Ia juga mau berbaur bahkan cepat kompak dengan warga binaan lainnya. "Apalah yang mau dibanggakan kalau kita masih warga binaan Lapas. Kaya pun kita tetapnya kita di dalam dan mengikuti peraturan yang ada. Saya juga dengar kalau Idawati punya banyak uang, tapi mudah-mudahan hingga saat ini kita (Lapas Wanita) belum pernah menerima pemberiannya berupa uang. Selain memang dilarang oleh negara, kasus Idawati ini adalah menghilangkan nyawa orang lain, jadi kita memang fokus kepada penjagaan dan pembinaannya. Ditambah lagi Posmetro Medan terus memantau perkembangan kasusnya sampai ke persidangan," ujarnya didampingi KPLP Wanita, Utami di ruang kerjanya.
Lanjutnya, sewaktu pertama kali masuk ke Lapas Wanita, Idawati pernah meminta agar diberikan kamar khusus, namun pihaknya menolak. “Bagaimana kami memberikan dia kamar khusus, sementara teman-temannya yang lain tidur bersempit-sempitan. Jadi dari mana kamar itu kami dapat. Takutnya, warga binaan lainnya protes dan demo di Lapas.
Kami terus memperhatikan warga binaan seperti apa mereka, apakah ada perubahan atau tidak, karena itu sudah tugas kita. Kegiatan-kegiatan bersifat keagamaan terus kita berikan pada mereka," ujarnya.
Meski begitu, Probo mengaku sedikit heran karena setiap menjalani sidang, Idawati pasti pulangnya malam hari ke Lapas. “Kami akan selidiki bagaimana proses persidangan Idawati ini di Lubukpakam. Soalnya, Idawati sering balik ke Lapas hingga malam hari. Sementara jadwal masuk warga binaan jam 17.00 WIB. Inikan menjadi perhatian kami, sementara pegawai juga manusia yang perlu istirahat, apalagi mereka punya keluarga. Jam pulang mereka jadi mundur bila Idawati belum balik ke Lapas. Saya harapkan pihak Kejaksaan LubukPakam dapat berkordinasi dengan baik,” harapnya.
Sementara itu, KPLP Wanita, Utami menambahkan bahwa dalam kesehariannya Idawati biasa saja. Ia tetap menjalankan peraturan yang ada di dalam Lapas. Dia pun tidur pakai tikar terkadang tilam tipis.
“Satu kamarnya ada yang kasus pencurian, penipuan, judi dan narkoba. Idawati terkadang mengatakan mau pindah kamar dan mengkritik masakan di dalam Lapas, namun kita mau bilang apa, keadaan sudah dilihat dan dia sudah memahaminya. Kalau dulu dia mau makan enak tinggal pesan dan disanjung banyak orang. Di sini, dia sama sekali tidak berkutik, apa yang ada, itulah yang dimakan. Kedermawanannya hilang semenjak tidur di dalam Lapas," tandasnya.
Mengenai proses persidangan Idawati, pihak Lapas mengharapkan kerjasama yang baik dengan pihak Kejari Lubukpakam. Kalaupun alasan macet, kan bisa mencari jalan alternatif lainnya, apalagi kami melihat Idawati diantar menggunakan mobil dinas Kejari, kan bisa cepat. Bila warga binaan masuknya ke Lapas sudah gelap, kesannya juga tak baik. Intinya, selama masih di dalam Lapas Wanita, Idawati kita samakan dengan warga binaan lainnya," tandas Utami. (gib/deo)