Perempuan Milenial Indonesia Makin Bersemangat Terbangkan Pesawat
Menurut Kepala Sub-Direktorat Operasi Pesawat Udara DKPPU, Capt. Boy Mauludin, komposisi pilot perempuan dan laki-laki yang tidak seimbang ini kemungkinan dikarenakan pertimbangan bisnis.
"Kalau hitungan bisnisnya memang jauh lebih menguntungkan perusahaan jika merekrut pilot laki-laki. Kenapa? pilot perempuan ada peluang untuk cuti hamil, kemudian kalau menstruasi, sesuai Undang-Undang, pilot perempuan bisa mengajukan cuti 2 atau 3 hari tergantung kebijakan maskapai," jelasnya kepada ABC (20/12).
Ia lantas mengimbuhkan, "(Cuti) Itu semua dibayar oleh maskapai. Karena itu mungkin mereka lebih mempertimbangkan pilot laki-laki."
Sementara itu, pilot perempuan senior Indonesia, Capt. Widiastuti, berpendapat lain. Kesenjangan antara jumlah pilot perempuan dengan jumlah pilot laki-laki disebutnya karena faktor penguasaan informasi.
"Faktornya mungkin ketidaktahuan. 'Oh perempuan bisa jadi pilot?'. Mungkin tidak percaya diri juga, karena dipikir tinggi (badan)-nya pilot itu harus menjulang," sebut pilot dengan pengalaman 35 tahun ini.
Meski demikian, Capt.Tuti, begitu ia akrab disapa, mengaku gembira dengan animo kaum perempuan saat ini terhadap profesi pilot. Apalagi bila dibanding dengan eranya kala masih sekolah dahulu.
Muda atau tua, tak bergantung pula pada jenis kelaminnya, bagi perempuan yang kini menjadi instruktur penerbang ini, prinsip menjadi pilot tetaplah sama.
"Disiplin dan tidak berhenti belajar. Itu selalu yang saya pesankan. Disiplin dan disiplin."