Persebaya Tanpa Dokter, Tony Ho Galau
jpnn.com - SURABAYA - Tony Ho, pelatih Persebaya Surabaya yang berkompetisi di Divisi Utama PT Liga Indonesia (PTLI), sedang galau. Mau bagaimana lagi, manajemen memasang target tinggi kepada Tony Ho agar meloloskan Persebaya ke Indonesia Super League (ISL) musim depan. Namun, fasilitas yang diterima ternyata tidak sebanding.
"Terutama, masalah kesehatan pemain. Sampai saat ini, tim ini tidak punya dokter. Itu yang membuat saya tidak habis pikir. Kalau ada apa-apa dengan keselamatan pemain di lapangan saat latihan maupun bertanding, siapa yang harus bertanggung jawab," ujarnya, Sabtu (3/8).
Menurut pelatih asal Makassar itu, sejak awal musim, tim besutannya hanya mengandalkan seorang measure. Padahal, sebagai tim profesional, Persebaya harusnya memiliki dokter tim yang bisa bertanggung jawab untuk kesehatan pemain.
Tony lantas berandai-andai, jika dia diberi dua pilihan antara Persebaya harus didampingi dokter atau measure, dia lebih memilih Persebaya didampingi dokter. "Saya sering sampaikan masalah ini ke pengurus. Tapi, mau bagaimana lagi. Belum ada reaksi apa-apa," lanjut mantan asisten pelatih mendiang Miroslav Janu itu.
Dengan kondisi yang serba sederhana tersebut, Tony mengungkapkan bahwa seluruh pemain yang saat ini bergabung bersama Persebaya tidak pernah menjalani tes kesehatan yang layak seperti tes urine, darah, fungsi hati dan ginjal, serta foto thorax yang bertujuan melihat fungsi jantung dan paru setiap pemain.
Bahkan, untuk tes VO2 Max pemain, dia dengan para asisten pelatih hanya bisa menggunakan cara tradisional. Caranya, seluruh pemain disuruh lari keliling lapangan dengan jumlah dan waktu yang telah ditentukan. "Hasilnya pun hanya bisa ditebak. Sebab, kalau mau tahu pasti tentang itu, harus menggunakan alat khsusus," ucapnya.
Padahal, di mana-mana sesuai dengan regulasi, sebelum menandatangani kontrak, semua pemain wajib mengikuti general check up. "Pengurus, tampaknya, nggak mau rugi karena tes macam-macam itu butuh uang banyak. Tapi, nanti kalau sudah ada yang meninggal seperti Camara (Sekou, Red), baru semuanya sok panik," tuturnya. (dik/c17/ko)