Pesawat Pecah Ban Jelang Demonstrasi Fly Pass
jpnn.com - SURABAYA - Peristiwa tidak biasa terjadi di landasan pacu Bandara Juanda kemarin (6/3). Sebuah pesawat intai dan patroli maritim TNI-AL Nomad tipe N-24 mengalami pecah ban di landasan Bandara Juanda. Ban kiri di roda belakang meletus saat akan take off.
Pesawat produksi Australia era 1980-an itu hendak terbang sekitar pukul 10.00 untuk melaksanakan geladi gelar alutsista TNI-AL. Pesawat tersebut memang intens terbang menjelang acara yang dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Mako Armatim Selasa (11/3).
Pesawat abu-abu dengan moncong hitam yang hendak berlatih formasi fly pass (terbang beriringan, Red) bersama tiga pesawat serupa itu urung terbang. Karena posisinya kebetulan melintang di landasan pacu, evakuasi dilakukan secara cepat.
Sebuah mobil derek menarik pesawat tersebut ke apron Pangkalan Udara TNI-AL (Lanudal) Juanda. Di belakangnya diikuti iring-iringan mobil Polisi Militer AL dan kendaraan inspeksi landasan.
Ketua Otoritas Bandara Wilayah III Juanda Muhammad Alwi menyatakan, peristiwa itu merupakan kejadian biasa. Kebetulan saja insiden pecah ban tersebut menimpa pesawat militer milik TNI-AL. Sebelumnya, peristiwa yang sama pernah terjadi pada pesawat-pesawat komersial. ''Tentunya segala prosedur standar operasi sudah dilaksanakan,'' yakin pejabat yang menaungi wilayah Jatim, Jateng, Jogjakarta, hingga Banjarmasin itu.
Meski termasuk kategori uzur, menurut dia, pesawat militer tersebut masih laik terbang. Hal itu dibuktikan ketika tiga Nomad yang lain tetap take off. Pesawat yang tergabung di bawah Skuadron Udara 800 Pusat Penerbangan TNI-AL (Puspenerbal) tersebut dijadwalkan melaksanakan demonstrasi terbang rendah bersama pesawat jenis lain.
Empat pesawat jenis Bonanza, dua pesawat TB10 dan TB9, serta dua CN-235 tidak mengalami kendala di landasan. Dua pesawat yang disebut terakhir bakal menggantikan peran Nomad ke depan. Sementara itu, empat helikopter N-Bell dan satu helikopter Panther bertolak dari hanggar Skuadron Udara 400 Puspenerbal.
Hal senada dilontarkan General Manager Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) Surabaya Suharyoko. Instansi di bawah PT Angkasa Pura itu bahkan belum mendapat laporan terkait dampak Nomad urung terbang. ''Biasanya, kalau dapat ditangani di tingkat manajer, peristiwanya merupakan hal biasa,'' terang Suharyoko.
Berdasar penelusuran di terminal domestik untuk keberangkatan maupun terminal kedatangan (terminal utara atau T1), suasana lalu lintas penumpang tetap normal. Begitu pula suasana di terminal selatan (T2) yang baru diresmikan 16 Februari lalu. Sempat terjadi penundaan hingga 10 penerbangan sekitar 45 menit. Namun, hal itu tidak membuat pintu masuk menuju desk check inmaupun boarding sampai antre.
Belum ada keterangan resmi dari pimpinan Puspenerbal seperti Komandan Laksamana Pertama TNI Nyoman Nesa. Wakilnya, Kolonel Laut (P) Dadun Kohar, juga belum bisa dikonfirmasi. Sumber Jawa Pos di lingkungan Puspenerbal menyebut penyebab kejadian itu masih dikaji. ''Banyak kemungkinan yang belum disimpulkan. Kondisi luar ban dan tekanan ban normal,'' ungkap sumber tersebut.
Berdasar data di Puspenerbal, tentara matra laut Merah Putih total punya 44 pesawat Nomad. Pesawat itu didatangkan dari Negeri Kanguru dalam tiga gelombang. Gelombang pertama pada 1975-1980 sebanyak 20 unit. Disusul gelombang kedua pada 1997 sebanyak 20 unit dan gelombang ketiga pada 2003 sebanyak 4 unit. Pesawat-pesawat tersebut berkurang seiring program sistem senjata armada terpadu 2014. (sep/c6/end)