Petugas Kurang, Handphone pun Lolos Masuk Bui
SURABAYA – Kejahatan narkoba masih merajalela di penjara. Namun, tidak mudah memutus mata rantai pengendalian peredaran narkoba dari balik hotel prodeo tersebut. Pasalnya, para bandar selalu memiliki cara untuk menyelundupkan handphone ke penjara. Lewat peranti komunikasi itulah mereka menjalankan bisnis narkoba.
Razia oleh pihak lapas dan rutan tidak serta-merta menghentikan komunikasi para bandar dengan jaringan di luar penjara. Di Rutan Kelas I Surabaya (Medaeng), misalnya. Setiap pekan ada operasi penyalahgunaan barang terlarang. Terutama telepon genggam.
''Minimal seminggu tiga kali,'' kata Kepala Rutan Medaeng Jumadi. Ada pula operasi yang digelar insidentil. Blok hunian yang menjadi sasaran pun berbeda-beda.
Sekali razia, lima sampai sepuluh kamar diperiksa. Namun, kegiatan ''bersih-bersih'' tersebut tidak selalu membuahkan hasil. Jumlah HP yang ditemukan pun tidak sebanyak yang dibayangkan.
''Sekarang tiap razia tidak sampai lima (HP) yang ditemukan,'' katanya.
Dia menyatakan telah berupaya maksimal untuk memberantas penyelundupan HP. Namun, dia juga tidak menampik ada banyak modus yang dilakukan untuk meloloskan telepon genggam ke penjara (lihat grafis).
Kasi Pelayanan Tahanan Rutan Medaeng Aris Sakuriyadi menambahkan, sebenarnya para penghuni telah diberi fasilitas wartel untuk berkomunikasi dengan keluarga. Namun, tidak semua tahanan dan napi menggunakannya. Dia mengakui, salah satu yang dimanfaatkan tahanan saat hendak menyelundupkan handphone adalah pengawasan yang tidak maksimal.
''Jumlah petugas dan penghuni di sini sangat tidak ideal,'' katanya.
Kini tahanan dan napi di rutan berjumlah 2.299 orang. Di sisi lain, jumlah petugas penjara hanya 136 orang. Regu keamanan sekali jaga berjumlah 15 orang. Ditambah petugas pelayanan maksimal 20 orang.
Mereka dibagi dalam berbagai tempat. Bagian pengawasan kunjungan bawah dan atas. Tempat pendaftaran besukan sama dengan penggeledahan. Juga, ada petugas yang berjaga di pintu. Petugas yang benar-benar mengawasi besukan sekitar 15 orang.
Dengan jumlah itu, rasio perbandingan petugas dan penghuni setiap kali jaga 1:153. Artinya, seorang petugas harus mengawasi 153 penghuni. Belum lagi ditambah pembesuk yang rata-rata per hari mencapai lebih dari 500 orang.
''Beban pengawasannya tinggi,'' kata Aris. (may/c15/fal/flo/jpnn)