Pilih Harga Naik Ketimbang Menginap di SPBU untuk Beli BBM
jpnn.com - SORONG - Antrean panjang terjadi di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Sorong, Papua Barat, Selasa (2/9). Dari pantauan reporter JPNN di lapangan, antrean tak hanya terjadi pada kendaraan roda dua, namun juga roda empat.
Antrean panjang yang menjular ini bukan baru saja terjadi, namun sejak empat bulan yang lalu. Bahkan untuk mendapatkan bahan bakar minyak (BBM), warga Sorong harus rela mengantre sampai berhari-hari. Tak sedikit yang rela menginap untuk memperoleh BBM.
"Dua hari baru dapat solar, kita sampai menginap di sini. Antrean ini sudah dari empat bulan lalu. Kadang-kadang kita juga harus masih nunggu sampai besok," keluh Jhon saat ditemui tengah mengantre di SPBU 81.984.01.
Pria yang setiap harinya berprofesi sebagai supir ini menuturkan, di Sorong hanya ada lima SPBU, dua di antaranya dikelola oleh non Pertamina, dua SPBU dikelola oleh Pertamina dan satu SPBU lagi tidak beroperasi. Dua SPBU yang dikelola oleh non Pertamina ini untuk harga solar lebih mahal dua kali lipat dari harga normal, yakni mencapai Rp 13.500.
"Ada lima SPBU, satu tidak beroperasi. Kalau kita beli SPBU industri kita tak mampu terlalu mahal harganya Rp 13.500, kalau beli BBM subsidi kan Rp 5.500 tapi ngantrenya panjang sekali," beber Jhon.
Menurut Jhon, daripada BBM sulit didapat oleh warga di Sorong, lebih baik pemerintah menaikkan harga BBM. Ia yakin warga di Sorong tidak akan keberatan dengan kenaikan BBM yang belakangan tengah menjadi perbincangan. "Lebih baik dinaikin harganya daripada enggak ada BBM dan susah," harap dia.
Hal senada juga diharapkan oleh rekan Jhon seprofesi yang juga tengah mengantre, yakni Robi. "Kasih naik saja harganya, daripada setiap hari kita harus mengantre beli BBM," sahutnya. (chi/jpnn)