Pimpin Front Nasional Pancasila, Suharto Serukan Selamatkan Indonesia
Dia mencontohkan, ekonomi Sri Lanka dan Pakistan baru-baru ini terpuruk, mengalami gagal bayar utang luar negeri, memicu krisis politik.
Sri Lanka terancam kekurangan pangan dan bahaya kelaparan karena kekurangan devisa. Tujuh belas menteri mengundurkan diri akibat krisis.
Perdana Menteri Pakistan dipaksa turun oleh parlemen karena kegagalan mengelola ekonomi dan utang pakistan yang membengkak.
“Semua ini akibat pembangunan proyek-proyek infrastruktur yang tidak bertanggung jawab serta mengandalkan utang luar negeri dengan tingkat suku bunga yang sangat tinggi, mencapai hampir enam persen, jauh lebih tinggi dari suku bunga pinjaman dari Jepang yang umumnya maksimal sekitar satu persen saja. Proyek-proyek infrastruktur tersebut diinisiasi dan dibiayai terutama oleh China,” ujar Suharto.
Yang menyedihkan, menurut Suharto, pembangunan proyek-proyek infrastruktur tersebut bukan untuk kepentingan nasional negara-negara bersangkutan.
Namun, lebih untuk kepentingan China dalam memenuhi ambisinya membangun OBOR (One Belt One Road), yang akan berdampak pada makin efisien distribusi barang dari China ke negara-negara bersangkutan.
Pria kelahiran Palembang tahun 1947 ini menilai China mendapat keuntungan berlipat ganda dalam pembangunan proyek infrastruktur OBOR karena bertindak sebagai supplier sekaligus kontraktor proyek.
Menurut Suharto, Indonesia juga membangun cukup banyak proyek infrastruktur dengan pembiayaan dari China. Salah satunya adalah proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung yang kontroversial.