Polda Metro Asal-asalan Tes Psikologi Kepemilikan Senpi?
jpnn.com - JAKARTA - Pakar psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel menyebut prosedur tes psikologi anggota Polri untuk kepemilikan senjata api di Polda Metro Jaya dinilai abal-abal dan belum terkelola dengan baik meski dilakukan secara rutin.
Hal ini dikatakan alumnus fakultas psikologi UGM Yogyakarta dan University of Melbourne, itu menyikapi insiden tewasnya Kepala Pelayanan Markas (Yanma) Polda Metro Jaya, AKBP Pamudji oleh senjata api.
Meski penyebab kematian korban belum dipastikan, tapi sorotan terhadap prosedur tes psikologi untuk kepemilikan senjata api di internal kepolisian kembali mencuat dan dipertanyakan.
"(Tes psikologi) Rutin tapi abal-abal. Saya bisa bilang abal-abal berdasarkan supervisi yang saya lakukan," kata Reza dalam perbincangan dengan JPNN.Com, Rabu (19/3).
Pengajar di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) ini pun memberikan akses JPNN kepada narasumber primer, saksi yang pernah bersentuhan langsung dengan dunia tes psikologi di Polda Metro Jaya, sehingga mengetahui ada praktik tak wajar terjadi.
Dari penjelasan sumber itu diketahui bahwa praktik yang terjadi dalam proses tes psikologi untuk kepemilikan senjata api di Polda Metro Jaya diwarnai dengan permainan uang setelah konseling. Tujuannya agar hasilnya bagus dan lolos tes.
Menurut sumber itu, sebenarnya pejabat di lingkungan Sumber Daya Manusia (SDM) Polda Metro Jaya sangat bagus melayani. Namun kondisi berbeda terjadi ketika yang mengikuti tes adalah jajaran Reserse Kriminal (Reskrim).
"Temuan-temuan justeru dari Reskrim, jadi mereka mau tes, yang (mau dapat izin) senpi, mereka nitip-nitip amplop supaya tesnya bagus," kata sumber tersebut. Apa isi amplop itu uang? "Iya" jawabnya memastikan. (fat/jpnn)