Politikus PKS Protes, Kok Atlet Israel Bisa Kantongi Visa RI?

jpnn.com - JAKARTA - Anggota Komisi I DPR RI, Sukamta memprotes pemberian visa bagi atlet Israel, Zilberman untuk bertanding di Indonesia dalam kejuaran dunia bulu tangkis di Jakarta. Menurutnya, Indonesia tidak pernah mengakui Israel sebagai satu negara sehingga tidak semestinya mengeluarkan visa bagi atlet dari negeri Yahudi itu.

"Sejak awal merdeka hingga sekarang Indonesia tidak membuka hubungan diplomatik dengan Israel sebab kita tidak mengakui Israel sebagai negara. Sehingga tidak mungkin pula bagi kita untuk berhubungan dengan Israel dalam hal lain yang membawa nama negara seperti ajang kompetisi olah raga bulu tangkis ini," kata Sukamta, dalam rilisnya, Selasa (11/8).

Tentu saja, keberatan Sukamta juga didasarkan pada tindakan Israel menjajah Palestina. Politikus PKS itu menegaskan, aksi Israel menjajah Palestina jelas tidak sesuai dengan Pembukaan UUD 1945.

Lebih lanjut anggota DPR RI dari daerah pemilihan Daerah Istimewa Yogyakarta ini menceritakan ketika tim sepak bola Indonesia pada 1957 harus berhadapan dengan Israel pada prakualifikasi Piala Dunia untuk mengantongi tiket dari Asia. Namun, kala itu Indonesia tak mau berhadapan dengan Israel untuk memperebutkan jatah Asia ke Piala Dunia 1958 di Swedia.

"Indonesia menolak untuk bertanding di Jakarta atau Tel Aviv (ibu kota Israel, red). Indonesia akhirnya mengundurkan diri setelah permintaannya untuk bertanding di tempat netral ditolak oleh FIFA," ujarnya.

Selain itu, Presiden Soekarno juga pernah menolak keikutsertaan Israel dalam Asian Games tahun 1962 di Jakarta. Kala itu Bung Karno juga mempersoalkan Israel yang tak mau mengakui kemerdekaan Palestina.

Karenanya Sukamta menilai pemberian visa untuk atlet Israel meskipun itu untuk kepentingan olah raga, tetap berhubungan erat dengan kedaulatan sebuah negara. "Pemberian visa kepada atlet yang mewakili negara Israel, Zilberman, untuk bertanding di Jakarta dalam kejuaraan bulu tangkis dunia, akan mencederai konstitusi kita, semangat bangsa kita yang anti penjajahan dan cinta kemerdekaan," ujar doktor jebolan University of Salford, Manchester, Inggris ini.(fas/jpnn)