Ponpes Fasilitas Modern di Wilayah Pelosok
”Bukan berarti membuat anak-anak itu menjadi manja. Tapi, kami ingin anak-anak panti hidup layak. Jangan sampai mereka tinggal di lingkungan yang kumuh. Apalagi sampai terserang penyakit,” ujar dia.
Dengan melayani anak-anak panti sebaik mungkin, maka pengasuh panti juga otomatis melayani para donatur.
”Kalau donatur melihat ini, mereka puas. Mereka akan berpikir bahwa donasi yang sudah diberikan telah memberikan manfaat. Lain halnya kalau kumuh. Bisa jadi, donatur malah aras-arasen,” kata pria kelahiran Bojonegoro, 54 tahun silam ini.
Denyut nadi PA/LKSA Ar-Rahman memang amat bergantung pada donatur. Selama ini, donasi mengalir deras ke panti.
”Padahal, kami tidak pernah meminta. Kami juga tidak pernah mengajukan proposal,” ujar dia.
Mulai dari pengadaan lahan, pembangunan masjid, asrama, hingga operasional, semua berasal dari donatur. Untuk operasional saja, terutama makan, PA/LKSA Ar-Rahman rata-rata menghabiskan Rp 7,5 juta per bulan. Itu belum termasuk biaya lain. Misalkan untuk biaya pendaftaran sekolah.
Meski begitu, selama ini PA/LKSA Ar-Rahman nyaris tak pernah mengalami kendala sosial. Padahal, mereka tak punya unit usaha untuk menghidupi anak panti.
Kholiq menyatakan, pernah suatu ketika, PA/LKSA Ar-Rahman kehabisan beras untuk makan siang. Waktu itu, pengasuh tak punya uang untuk membeli beras bagi anak-anak panti.