Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

PRIHATIN: Golkar Lakukan Pembusukan Dari Dalam, Kok Bisa Ya?

Jumat, 20 November 2015 – 20:25 WIB
PRIHATIN: Golkar Lakukan Pembusukan Dari Dalam, Kok Bisa Ya? - JPNN.COM
Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro. FOTO: DOK.JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA – Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro menilai dugaan keterlibatan Ketua DPR RI Setya Novanto yang juga Wakil Ketua Umum Partai Golkar hasil Munas Bali, dalam skandal permintaan saham PT Freeport Indonesia, memperlihatkan kondisi Partai Golkar yang memprihatinkan. Ungkapan yang pas dengan kondisi kekinian Golkar menurut Siti, "sudah jatuh tertimpa tangga".

“Golkar sekarang ini memprihatinkan. Ibarat pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga. Masalah dualisme internal belum selesai, muncul lagi dugaan skandal yang menarik-narik elitnya," kata Siti Zuhro, dalam diskusi 'Menemukan Momentum Kebangkitan Partai Golkar', diselenggarakan Forum Silaturahmi Daerah, di DPP Partai Golkar, Jakarta, Jumat (20/11).

Menurut Siti, sebetulnya dengan hanya dualisme kepengurusan saja Partai Golkar sudah mensabotase dirinya sendiri. Partai Golkar secara tidak sadar sedang melakukan pembusukan politik dari dalam.

“Persoalan itu sangat krusial karena tidak hanya merugikan Golkar sendiri, tapi juga Indonesia. Di tengah persoalan tersebut, muncul skandal yang diduga melibatkan elitenya, kondisi ini sangat memprihatinkan Golkar," tegas Wiwik, Sappan Siti Zuhro.

Partai Golkar lanjutnya, harus sadar dengan kondisinya tersebut. Reformasi sistem di Partai Golkar sudah menjadi keharusan bila tidak ingin partai ini hancur di pemilu 2019.

“Golkar ini partai subur, selalu hadirkan partai baru. Kalau kondisinya terus seperti sekarang, mungkin nanti di 2019 tinggal 5 persen suaranya," ujarnya.

Karena itu, Wiwik minta Partai Golkar, harus bangkit dengan membangun sistem dan mekanisme organisasi yang jelas. Pembangunan yang disasar adalah pembangunan institusi, bukan individu.

"Sistem yang harus dibangun pada penguatan pelembagaan bukan kultus individu. Di negara maju, ketum partai itu manajer, tidak seperti di Indonesia di mana ketum adalah figur sentral, patron, yang bisa segalanya," pungkas Wiwik.(fas/jpnn)

JAKARTA – Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro menilai dugaan keterlibatan Ketua DPR RI Setya Novanto

Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close