PSSI Bentuk Tim Investigasi Kasus Meninggalnya Akli
JAKARTA - Dunia pesepakbolaan nasional tersentak dengan kematian bomber Persiraja Banda Aceh, Akli Fairuz, Jumat lalu (16/5). Apalagi, meninggalnya Akli berbuntut dari pertandingan di Divisi Utama (DU) 2014. Makanya, PSSI sebagai induk olahraga sepak bola nasional pun merasa perlu turut campur di dalamnya.
Turut campur di sini maksudnya menyelidiki apa saja hal-hal di balik kematian pemain berjuluk Gaston Geutanyoe tersebut. Sekalipun, berdasarkan laporan tertulis sementara dan pemberitaan media menyebutkan bahwa meninggalnya Akli dikarenakan robek di usus halus pada perut bagian bawahnya.
Pembentukan tim investigasi untuk menyelidiki hal-hal di balik kematian penyerang berusia 27 tahun itu diungkapkan oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSSI, Joko Driyono.
"Dalam hal ini, PSSI akan berkolaborasi dengan Persiraja selaku klub yang menaunginya. Kami akan melakukan investigasi dari sisi medis olahraga," ujarnya.
Joko mengakui untuk melakukan investigasi terhadap persoalan ini bukanlah hal yang mudah. Pasti akan melibatkan banyak pihak di dalamnya. Baik dari pihak pemain Persiraja dan PSAP Sigli, ofisial Persiraja, tim dokter Persiraja, dan dokter yang menangani di Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA), Banda Aceh.
Meski demikian, Joko berharap laporan dari tim investigasi bentukannya ini dapat diterima PSSI secepatnya. "Paling tidak dalam satu bulan ke depan kami sudah bisa mendapatkan laporannya. Kami harap laporan itu lengkap, sehingga kami pun bisa menentukan bagaimana langkah yang tepat," sebutnya.
Jika merunut dari kronologinya, tidak ada yang ganjil dari kematian Akli. Baik mulai dari cedera di lapangan, dibawa ke rumah sakit, dan akhirnya meninggal dunia. Namun, ada satu titik yang patut dicurigai. Yaitu mengapa Akli baru mendapatkan perawatan intensif di ICU RSUZA pada Minggu (11/5) atau sehari pasca pertandingan.
Pun demikian dengan keputusan dokter yang baru melakukan operasi pada hari Selasa (13/5). Padahal, jika melihat bagaimana cedera yang dialami Akli, harusnya tim dokter sudah mampu menentukan apakah pemain bernomor punggung 17 tersebut layak mendapatkan perawatan langsung ataupun tidak.
Simpul mencurigakan itulah yang saat ini juga coba dipelajari Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI). Menurut CEO-nya, Valentino Simanjuntak, pihaknya siap untuk membantu PSSI dan tim investigasi bentukannya dalam mengumpulkan data.
"Di sini kami ada bukan untuk mencari siapa yang salah, tapi bagaimana perbaikan ke depannya untuk penanganannya," tuturnya.
Masalah lain di luar proses meninggalnya Akli, hal yang menjadi concern APPI adalah hak Akli yang ternyata masih belum diberikan oleh Persiraja. Dengan Akli yang sudah meninggal dunia, APPI pun menyerukan kepada klub yang menaunginya untuk membayarkan hak Akli selama musim ini. (ren/ko)