Restoran Politik
Oleh Dahlan IskanSenin, 24 Juni 2019 – 05:45 WIB
Lalu dibukakan pintu. Kami berbincang di teras itu. Yang juga untuk tambahan kursi makan.
"Betul-betul sudah penuh," katanya.
"Saya bisa duduk di tangga itu. Tidak masalah," kata saya. Sambil menunjuk undak-undakan beton. (kata 'undak-undakan tidak tepat kalau diterjemahkan dengan tangga).
"Hahaha... Tidak bisa," katanya tertawa ngakak.
"Saya jauh-jauh dari Indonesia sengaja hanya ingin ke sini," kata saya. Sedikit berlebihan. Biasa. Bekas wartawan.
Dia tampak serius. Mengucapkan terima kasih dengan tulus. Lalu berkata: kalau jam 20.30 mau?
"Mau!" jawab saya.
Persoalannya: perut saya yang tidak mau.