Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Revitalisasi Konsep Berdikari dengan Spirit Entrepreneur

Selasa, 14 Oktober 2014 – 00:08 WIB
Revitalisasi Konsep Berdikari dengan Spirit Entrepreneur - JPNN.COM
Pimpinan Redaksi INDOPOS saat melakukan wancara dengan sang Entrepreneurship, Ciputra di kediamannya Pondok Indah, Jakarta Selatan, kemarin (13/10). Foto: Fery Pradolo/INDOPOS

jpnn.com - Sebagai pelaku bisnis, entrepreneur, filantropis, pendidik, bapak, kakek, yang sudah mengalami 6 masa presiden-wakil presiden di republik ini, Dr (HC) Ir Ciputra ingin berbagi ide. Dari kediamannya, di Bukit Utama Golf, Pondok Indah, kemarin, sosok 83 tahun yang kini dikenal sebagai “Bapak Entrepreneur Indonesia” itu bersemangat menyampaikan percikan pemikiran originalnya.

Perbincangan kadang harus terhenti sejenak, gara-gara pria berbatik cokelat muda itu didera ngilu di gigi bagian kanannya. Tetapi semangatnya, untuk menciptakan quantum leap atau lompatan jauh ke depan bagi bangsa ini, mampu mengalahkan rasa sakit itu. Kadang harus memegang dua pipinya dengan dua telapak tangannya, seraya menghela nafas panjang dari mulutnya, seperti sedang berperang melawan sengatan nyeri yang datang silih berganti. Pantas, orang sering menyebut sakit gigi itu satu level, sama sakitnya dengan sakit hati. 

Ciputra menyebut, saat inilah waktu yang tepat untuk mengimplementasikan konsep “revolusi mental” yang pernah dijadikan tagline Presiden Terpilih Joko Widodo dan Wapres Terpilih Jusuf Kalla dalam kampanye pilpres 2014. Revolusi itu maksudnya perubahan mendasar, perubahan fundamental, dramatis, pada manusia Indonesia yang bermakna, berkesinambungan dan menuju pada kemajuan dan kesejahteraan.

Sebagai tokoh yang kenyang makan asam-garamnya republik ini, Ciputra pun langsung menukik pada problem yang paling inti: soal ekonomi! Ekonomi itu ibarat pagar dari semua persoalan sosial. Ekonomi yang kokoh, itu seperti perisai alamiah, serum penangkal semua bibit gulma sosial. Menebalkan benteng ekonomi, secara otomatis akan menuntaskan problem klasik yang dihadapi semua negara berkembang di muka bumi ini.

Lalu, bagaimana merevolusi mental ekonomi kita? “Harus memberdayakan rakyat agar bebas dari ketergantungan yang mendalam pada investasi, atau modal, atau bantuan dan teknologi asing. Rakyat harus memiliki daya ekonomi. Rakyat yang sanggup hidup ‘tidak miskin’, rakyat yang mampu menciptakan usaha, membesarkan size ekonomi, secara berdikari. Berdiri di atas kaki sendiri,” jawab Insinyur Arsitek lulusan ITB Bandung itu.

Kuncinya? “Api kecakapan kewirausahaan atau entrepreneurship yang kreatif dan kepintaran berinovasi harus dinyalakan dari Sabang sampai Merauke. Saya menggunakan istilah entrepreneur untuk menggambarkan sosok pengambil risiko yang berani dan etis. Spirit ini sudah kita miliki sejak nenek moyang dulu, buktinya perahu Pinisi sudah eksis sejak 500 tahun silam, candi Borobudur sudah berdiri sejak 1.000 tahun lalu. Inilah semangat yang harus dibangun menjelang Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015!” jelas Ciputra.

Nuansa berdikari itu betul-betul mirip dengan suasana setelah pidato Bung Karno 17 Agustus 1965. Kala itu Presiden RI ke-1 itu menyampaikan prinsip Trisakti Tavip (Tahun Vivere Pericoloso). Yakni mendeskripsikan tiga prinsip: berdaulat dalam bidang politik, berdikari dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan. Ketiganya tidak bisa dipereteli satu sama lain, menjadi satu kesatuan yang utuh. Tak ada kedaulatan politik dan kepribadian kebudayaan tanpa berdikari ekonomi. Begitu pun sebaliknya.

Ciputra mencontohkan: “Bila setiap tahun kita bisa melatih 10 persen dari usaha mikro Indonesia, atau 565.000 orang dari 56,5 juta usaha mikro yang ada, lalu bertumbuh dan menambah satu karyawan baru, otomatis akan membuka lapangan kerja baru sebesar 565.000 orang per tahun. Itu setara dengan 1,5 persen dari pertumbuhan ekonomi yang rata-rata 6 persen per tahun. Itu sudah merupakan solusi dan kontribusi besar dalam mengentaskan problem pengangguran yang setiap tahun terus meningkat,” jelas pria yang pernah dinobatkan sebagai Entrepreneur of The Year 2007 versi Ernst & Young itu.

Sebagai pelaku bisnis, entrepreneur, filantropis, pendidik, bapak, kakek, yang sudah mengalami 6 masa presiden-wakil presiden di republik ini, Dr

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

BERITA LAINNYA
  • Opini

    Signifikansi Seragam Sekolah, Tetap atau Berubah?

    Selasa, 16 April 2024 – 12:20 WIB
    Signifikansi Seragam Sekolah, Tetap atau Berubah? - JPNN.com
  • Opini

    Ramadan Mengisi Energi Gotong Royong

    Minggu, 07 April 2024 – 12:27 WIB
    Ramadan Mengisi Energi Gotong Royong - JPNN.com
  • Opini

    Signifikansi Prakarya dan Seni dalam Kurikulum Merdeka

    Jumat, 05 April 2024 – 12:45 WIB
    Signifikansi Prakarya dan Seni dalam Kurikulum Merdeka - JPNN.com
  • Opini

    Pangan Bukan Komoditas Politik

    Minggu, 17 Maret 2024 – 19:13 WIB
    Pangan Bukan Komoditas Politik - JPNN.com
X Close