Rupiah Berjaya di Perbatasan Indonesia-Papua New Guinea
jpnn.com, PAPUA - Bank Indonesia (BI) terus melakukan sejumlah upaya agar mata uang Rupiah menjadi satu-satunya alat pembayaran yang sah di Tanah Air, termasuk di perbatasan Indonesia –Papua New Guinea.
Deputi Gubernur BI Sugeng mengatakan, bank sentral terus mendorong penggunaan mata uang Rupiah dalam bertransaksi, di antaranya dengan melakukan sosialisasi penggunaan uang Rupiah, sosialisasi ciri dan keaslian uang, serta mendorong berkembangnya kegiatan usaha penukaran valuta asing bukan bank (KUPVA BB) berijin daerah perbatasan.
"Saat ini penggunaan layanan penukaran valuta asing oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) di Pos Lintas Batas Negara (PBLN) sudah berjalan sejak 11 Agustus 2017, namun belum dimanfaatkan secara optimal oleh pelintas batas. Mereka masih memilih untuk bertransaksi dengan menggunakan Kina," ujar Sugeng di Pekan Gerakan Nasional NonTunai Papua 2017, Jumat, (13/10).
Upaya sosialisasi Rupiah dan mendorong berkembangnya KUPVA BB dilakukan untuk menjalankan UU Mata Uang soal Kewajiban Penggunaan Rupiah di wilayah NKRI. Pasalnya, di daerah perbatasan Skouw, masih ada transaksi yang menggunakan mata uang Papua New Guinea Kina.
"Pendatang dan pedagang di pasar lebih memilih menggunakan Kina dalam bertransaksi, karena faktor kemudahan, faktor bisnis yaitu keuntungan yang didapat dari selisih kurs serta faktor latar berlakang pendidikan pendatang yang rendah sehingga masih enggan mengenali Rupiah dengan denominasinya," ungkap Sugeng.
Sugeng menambahkan, ada tiga dimensi utama yang melandasi pemberlakuan kewajiban penggunaan uang Rupiah. Pertama, dimensi hukum. Kedua adalah dimensi kebangsaan agar Rupiah menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Terakhir, adalah dimensi ekonomi atau bisnis.
Salah satu upaya yang dilakukan Bank Indonesia adalah menyediakan Rupiah di daerah terdepan, terluar, dan terpencil. Karena itu sejak Juli 2017, BI menyediakan Rupiah dari titik terdepan melalui penyediaan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dan layanan KUPVA di PBLN Skouw.
"Mudah-mudahan di lokasi yang nantinya lebih strategis jumlah pelintas batas yang menukarkan uang lebih meningkat,” harapnya.
Pada kesempatan yang sama, BI secara resmi juga membuka pekan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) Papua 2017. Mengangkat tema 'Dengan Nontunai: Lebih Mudah, Lebih Aman, dan Lebih Keren!', BI ingin masyarakat Papua kompak untuk memulai kebiasaan bertransaksi secara nontunai.
Sugeng menjelaskan sejak 14 Agustus 2014 Bank Indonesia telah mencanangkan GNNT ini sebagai upaya mendorong masyarakat menggunakan sistem dan instrumen pembayaran nontunai dalam transaksi pembayaran.(chi/jpnn)