Saat Kecil Nyaris Tenggelam di Sungai, Belakangan Bikin Marinir Geleng-geleng
Tak pelak, apa yang telah diraih anak ke-3 dari 4 bersaudara, menjadi kenangan tersendiri. Menurut Karin, itu tidak akan terlupakan seumur hidupnya. Sebab, perjuangan selama ikut LSS-96, sangat berat sekali.
“Paling berat selama lomba, tentu saja rasa haus dan bosan. Rasanya kok tidak sampai-sampai ke finish,” kenangnya.
Namun, akhirnya finish juga. Karin tiba di Pantai Suralaya, Jawa Barat (garis finis) sekitar pukul 12.30 WIB. Tak hanya Karin, tapi ada 3 atlet cewek lainnya yang juga berhasil finis. Yaitu Fransiska Wijaya, Elsi Yuniar, dan Yohana Meilani, adik Karin yang menjadi juara ke-4.
“Selama lomba, bagi saya hanya ada satu hiburan, yaitu ketika ada ombak tinggi dan saya terlempar-lempar. Rasanya asyik sekali. Kalau sedang terangkat ombak, saya bisa melihat daratan di cakrawala. Semangat pun datang lagi,” lanjutnya.
Nah, selain menjadi juara LSS-96, Karin juga punya prestasi lainnya. Di antaranya pada SEA Games XXII-2003 di Hanoi, Vietnam, Karin meraih 1 emas, dan 3 perak dari selam. Lalu, PON XVI-2004 di Palembang, meraih 2 emas. Pada “The 8th CMAS Asia Fins Swimming Championship 2003 di Jeju, Korsel pada 3-6 September 2003, menyabet perunggu.
Sedari kecil, Karin memang sudah dikenalkan dengan renang oleh orang tuanya. Menurutnya, dia baru menekuni renang ketika usianya 9 tahun. Awalnya, sebelum bisa berenang, Karin nyaris tenggelam di Sungai Musi.
“Waktu ikut papa saya berburu, saya kecebur di Sungai Musi. Saya tidak bisa berenang, jadi nyaris tenggelam. Benar-benar pengalaman menyeramkan bagi saya,” kenangnya.
Pascakejadian tersebut, lanjut Karin, dirinya dan adiknya Yohana, disuruh belajar berenang. “Kami belajar renang di Lumban Tirta, tak jauh dari rumah kami. Baru beberapa bulan, saya ternyata bisa mengungguli perenang-perenang lainnya yang lebih mahir ketika ada lomba melintasi Sungai Musi. Akhirnya, malah menjadi atlet,” tukasnya. (*/ce1/sam/jpnn)