Salat Ied di Jakarta, Begini Pesan Mendikbud
jpnn.com, JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy melaksanakan Salat Idulfitri di Jakarta bersama keluarga besar Kemendikbud.
“Pertama, atas nama keluarga besar Kemendikbud, juga atas nama keluarga, saya mengucapkan Selamat Idulfitri 1440 H yang jatuh pada 5 Juni 2019. Mudah-mudahan semua amal ibadah Ramadan kita diterima Allah SWT. Mohon maaf sebesar-besarnya apabila ada kesalahan, baik yang disengaja maupun tidak. Mudah-mudahan Allah mengampuni semua dosa dan kesalahan kita semua,” kata Menteri Muhadjir saat memberikan sambutan pada Salat Ied di halaman Kantor Kemendikbud, Senayan, Jakarta, Rabu (5/6).
Dia mengaku bersyukur atas segala berkah yang telah dilimpahkan untuk bangsa Indonesia. Ia juga mengajak para insan pendidikan untuk bekerja keras dan menyumbangkan pikiran serta tenaga untuk kemajuan bangsa.
“Alhamdulillah kita telah memasuki tahun-tahun yang penuh berkah. Negara semakin baik kondisinya. Kemajuan-kemajuan telah dicapai dengan baik terutama di sektor pendidikan. Tentu saja dengan mengawali lembaran setelah kita melaksanakan ibadah puasa, setelah kita membakar semua kejelekan-kejelekan dan dosa-dosa kita, kita akan bekerja lebih keras untuk menyumbangkan semua jerih payah kita demi kemajuan bangsa dan negara,” kata Muhadjir.
Lebih lanjut, Mendikbud mengajak untuk berdoa agar Allah SWT memberikan berkah kepada kita semua, kepada bangsa dan negara kita agar negara kita menjadi negara maju, bermartabat, berwibawa di hadapan bangsa-bangsa lain, dan kita berdiri tegak bersama-sama bangsa maju yang lain,” bebernya.
Sementara itu, Ustaz Jamaluddin F. Hasyim selaku khatib menyampaikan ramadan ini bagaikan kamp pendidikan. “lKalau ASN mungkin mengenalnya sebagai diklat prajabatan. Di sanalah kondite seseorang akan terlihat. Dengan jadwal yang ketat, instruktur yang jelas dan tegas, sistem dan metode yang terukur, maka disanalah orang dilihat apakah layak untuk masuk pada fase selanjutnya.
Namun keberhasilan Ramadan ini harus diuji lagi, karena sebagaimana diklat prajabatan itu, kualitas seorang pegawai akan terlihat ketika dia masuk ke dalam lingkungan kerja yang sebenarnya..
Selanjutnya, Ustaz Jamaluddin menjelaskan manusia sebagai individu harus menjaga agar kehidupan sosial yang sudah baik dapat terus dipelihara.
“Seperti dikemukakan para ulama, kesalehan individu/sosial (akhlak) berarti mengatur kepribadian secara personal dan komunal. Dengan kata lain, akhlak adalah berpolitik dalam lingkup sempit, sedangkan urusan berbangsa dan bernegara berarti akhlak dalam skala besar meliputi kehidupan berbagsa dan bernegara. Maka dari itu, bukan kesimpulan yang berlebihan jika momentum Idulfitri dimaksudkan sebagai momentum persatuan bangsa. Momentum ini berarti mengakhiri kebiasaan negatif seperti mengedepankan perbedaan, membesar-besarkan konflik atau sifat-sifat intoleran dan anarkis yang mengemuka dalam masyarakat kita akhir-akhir ini,” tuturnya.
Persatuan bangsa, tambah Ustaz Jamaluddin, adalah syarat vital terwujudnya pembangunan nasional. Perbedaan adalah kekayaan bangsa, namun jangan menjadi sumber perpecahan akibat terlalu mengedepankan identitas dan kepentingan masing-masing.
“Perbedaan harus menjadi rahmat bagi semua. Maka itu, dalam kesempatan ini, mari kita lepas jubah kepentingan kita dan melebur menjadi satu, bersatu padu membangun masyarakat, negara dan bangsa. Tidak ada senjata yang ampuh melebihi persatuan dan kesatuan, dan tidak ada pertahanan yang kukuh melebihi persatuan dan kesatuan. Persatuan dan kesatuan adalah fitrah sebuah bangsa,” pungkasnya.(esy/jpnn)