Sanksikan Gencatan Senjata Israel
jpnn.com - DOHA - Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan pejuang Palestina masih saling serang di Jalur Gaza.
Kemarin (4/8) Israel mendeklarasikan gencatan senjata sepihak. Tapi, dalam waktu enam menit, gencatan senjata itu buyar. Serangan di kamp pengungsi Kota Gaza merenggut nyawa seorang anak dan melukai 30 warga.
"Beberapa saat setelah pukul 10.00 (awal gencatan senjata), sebuah F-16 menembakkan rudal ke permukiman. Tidak ada gencatan senjata. Bagaimana bisa ada gencatan senjata? Mereka pembohong. Mereka tidak pernah memegang janji mereka sendiri," tandas Ayman Mahmud, penduduk kamp pengungsi tersebut. Sebelumnya Israel mengumumkan gencatan senjata tujuh jam.
Deklarasi gencatan senjata yang berbuah serangan mematikan itu membuat Hamas geram. Kemarin mereka mengimbau seluruh warga Palestina untuk waspada. Juga, tidak mudah percaya pada gencatan senjata yang diumumkan Israel.
Dari Kota Doha, Qatar, Khaled Meshaal mengutarakan hal yang sama. Pemimpin politik Hamas itu menganggap Israel tidak pernah sungguh-sungguh ingin berdamai dengan Palestina.
"Seharusnya gencatan senjata adalah gencatan senjata. Kehadiran pasukan Israel di Gaza dan penghancuran terowongan-terowongan militan (saat terjadi gencatan senjata, Red) adalah agresi," ungkap tokoh 58 tahun tersebut.
Selain agresi, menurut dia, Israel melakukan invasi. Sebab, pasukan Israel memasuki wilayah Palestina tanpa izin.
Dalam kesempatan itu, Meshaal juga menegaskan bahwa strategi Israel melancarkan serangan mematikan ke permukiman adalah kesalahan besar. Dia memastikan, tidak ada militan atau pejuang Hamas yang bersembunyi di permukiman warga.
"Hamas rela berkorban bagi masyarakat Palestina. Kami tidak pernah memanfaatkan warga sipil sebagai tameng," tegasnya. (AFP/CNN/hep/c10/tia)