Sarifuddin Sudding: Keragaman Sebagai Kekuatan Bangsa
Keragaman yang demikian diakui sangat rentan terjadinya disintegrasi bangsa. Ia bersyukur ketika para pendahulu memberi contoh yang menguatkan persatuan di antara keragaman.
"Pada 28 Oktober 1928, para pemuda mengikrarkan Sumpah Pemuda," tuturnya. Hal demikian disebut cita-cita bersatu dalam keberagaman.
Dirinya mengingatkan masyarakat hendaknya betul-betul membangun persatuan dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
“Ketika keragaman dikelola dengan baik maka itu merupakan satu kekuatan bangsa ini dalam menghadapi berbagai macam tantangan," tegasnya.
Hal demikian bisa sebaliknya ketika kemajemukan tidak dikelola dengan baik maka itu merupakan sumber perpecahan.
Dalam sosialisasi lewat pergelaran wayang kulit, Sudding mengajak kepada semua untuk berdoa agar pandemi cepat berlalu. Berharap bila sudah kembali normal, sosialisasi lewat pagelaran wayang kulit bisa dilakukan lebih sering.
Budi Muliawan yang akrab disapa Wawan dalam sambutan pada malam itu menyebut Sosialisasi 4 Pilar lewat pergelaran wayang golek merupakan salah satu metode untuk menanamkan dan memberi pengertian serta pemahaman Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, UUD NRI Tahun 1945 sebagai konstitusi negara, NKRI sebagai bentuk negara, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara, kepada masyarakat.
"MPR memilih pergelaran seni budaya sebagai metode sosialisasi 4 Pilar bukan tanpa alasan," ujar pria alumni Fakultas Hukum Universitas Brawijaya itu.